Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khawatir Kebijakan Pemerintah, Kelas Menengah Rem Belanja

Kompas.com - 09/08/2017, 22:21 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan masyarakat kelas menengah atas menahan belanja dan memilih menumpuk dana di bank membuat tingkat konsumsi rumah tangga tumbuh melambat pada kuartal II 2017 menjadi hanya 4,95 persen.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya menilai, kelas menengah atas memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi.

"Saya kutip Pak Dahlan Iskan, kelas menengah ini jangan banyak dibikin takut lah. Ayam yang berpotensi bertelur jangan dibikin bising sehingga enggak bisa bertelur," ujarnya dalam diskusi PAS FM di Jakarta, Rabu (9/8/2017).

Berly menilai ada sejumlah isu yang sempat membuat masyarakat was-was, di antaranya pengecekan rekening oleh Ditjen Pajak dan rencana penurunan batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Hal itu menurut Berly mempengaruhi tingkat pengeluaran masyarakat.

Bahkan masyarakat kelas menengah atas lebih memilih menumpuk dana di bank ketimbang belanja. Melihat laporan keuangan sejumlah bank besar, Dana Pihak Ketiga (DPK) memang mengalami kenaikan.

Berly menyarankan pemerintah untuk tidak mudah mengeluarkan isu-isu baru yang berpotensi membuat masyarakat resah. Sebab hal ini bisa berdampak kepada tingkat konsumsi rumah tangga.

"Jangan bikin masalah dulu. Sebelum bikin yang bagus, minimal jangan bikin masalah dulu. Meminimalisir isu-isu yang dimunculkan perlu dilakukan," kata dia.

Setelah itu, sejumlah langkah yang tertahan di kuartal II 2017 perlu dijalankan. Misalnya percepatan pencairan anggaran belanja dan gelontoran transfer ke daerah pasca efisiensi untuk memompa konsumsi pemerintah.

Pada kuartal II 2017, konsumsi pemerintah jeblok minus 1,93 persen. Hal ini disebabkan realisasi belanja negara yang mengalami minus 0,44 persen dan realisasi belanja barang anjlok 7,11 persen.

"Berikutnya kalau bisa ada stimulus yang lebih spesifik seperti yang dijanjikan pada paket kebijakan yang akan diluncurkan minggu depan terkait investasi," kata Berly.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah akan segara merespons realisasi pertumbuhan ekonomi yang stagnan pada kuartal II. Respons itu berupa paket kebijakan ekonomi besar-besaran.

Ia menuturkan, paket kebijakan jilid 16 itu akan fokus kepada investasi. Pemerintah ingin mendorong investasi untuk memompa pertumbuhan ekonomi. Saat ini pemerintah menilai investasi perlu didorong lebih cepat sehingga berdampak kepada pertumbuhan ekonomi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com