Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangkitnya Belanja Online di Sektor FMCG di Asia

Kompas.com - 28/08/2017, 16:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pesatnya tren penggunaan Internet di smartphone di Asia, memudahkan masyarakat untuk beraktivitas, termasuk berbelanja online. Tak heran jika saat ini Asia bagaikan surga bagi pasar e-commerce.

Berdasarkan data dari Kantar Worldpanel, bisnis e-commerce di negara-negara seperti China, Taiwan, dan Korea mengalami pertumbuhan lebih dari 30 persen dibandingkan dengan tahun lalu.

Menurut kajian lembaga ini, Negara-negara Asia Timur itu memiliki proporsi pasar penjualan barang konsumen yang bergerak cepat (fast moving consumer goods/FMCG) lewat portal e-commerce yang lebih besar dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat atau Eropa.

"Alhasil, kini banyak merek online dan online marketplace baru semakin berkembang," kata General Manager Kantar Worldpanel Indonesia, Venu Madhav, melalui rilis pers, Senin (28/8/2017).

Sementara itu, pasar tradisional di Asia mulai bertransformasi menjadi multichannel retailer seperti di Thailand, Filipina, dan Indonesia. Contoh, mataharimall.com dan lainnya, di mana sebelumnya brand Matahari adalah berupa toko offline.

Potensi Indonesia

Indonesia menawarkan pasar e-commerce yang sangat menjanjikan, mengingat setengah dari 250 juta populasi Indonesia adalah masyarakat berumur di bawah 30 tahun yang sudah sangat fasih dengan dunia online.

Sejalan dengan berbagai tren yang terjadi seperti meningkatnya penetrasi smartphone, urbanisasi, dan peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) di kalangan masyarakat Indonesia pada 2016, bisnis e-commerce diharapkan dapat memberikan performa yang lebih baik di 2017.

(Baca: Jadi Penasehat E-Commerce Indonesia, Jack Ma Janji Tak Rebut Pasar Lokal)

Namun, khususnya di FMCG, tercatat hanya sejumlah 1,9 persen saja rumah tangga di daerah urban Indonesia yang melakukan pembelian dan transaksi produk FMCG melalui e-commerce (mengacu data dari Kantar Worldpanel pada 2016).

Walaupun angka penetrasi ini terbilang kecil, pertumbuhan dari rumah tangga yang melakukan belanja FMCG melalui portal online meningkat sangat pesat dari tahun ke tahun.

Pertumbuhan ini terjadi karena adanya permintaan yang besar dari konsumen yang dipicu oleh dua faktor utama.

Faktor pertama, meningkatnya frekuensi belanja FMCG akibat promosi. Konsumen dari berbagai lapisan ekonomi menyukai penawaran yang dianggap menguntungkan.

Faktor kedua, keinginan konsumen untuk mendapatkan kenyamanan dan kemudahan akses dalam berbelanja, baik di lingkup global maupun local kapan pun dan di mana saja.

Nadya Ardianti, Direktur Komersial Kantar Worldpanel Indonesia, menjelaskan, transaksi FMCG di pasar e-commerce masih meningkat dengan laju pertumbuhan dua digit. Begitu pula yang terjadi di negara-negara maju yang pasarnya masih sangat ekspansif.

Halaman:


Terkini Lainnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com