Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun Depan, "Native Ads" Akan Makin Diminati

Kompas.com - 06/11/2017, 21:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2018, native ads alias konten berbayar akan semakin mendapatkan  perhatian dari para pemasang iklan.  

Berdasarkan laporan studi yang dirilis GetCRAFT dengan judul  “Indonesia Native Advertising & Influencer Marketing Report 2018”,  menunjukkan  bahwa tahun depan pemasang iklan mengalokasikan 20-30 persen dari total anggaran pemasaran mereka untuk komunikasi lewat media digital, dengan native ads tercatat mendapatkan porsi paling besar, atau diperkirakan sekitar sepertiga dari total pengeluaran.

Dana yang ditempatkan pemasang iklan untuk native ads diperkirakan mencapai 16 persen, atau naik 7 persen dibandingkan tahun ini.

“Pergeseran anggaran menuju native ads menunjukkan adanya pengakuan oleh para marketers bahwa kenyataannya, mendapatkan perhatian audiens menjadi makin sulit tiap harinya. Pertumbuhan native ads membuat brand mendapatkan pilihan solusi periklanan yang lebih baik," ujar Patrick Searle, Co-founder dan Group CEO Getcraft, Rabu (1/11/2017).

Baca juga: Media Iklan Billboard pun Kini Berbasis Online

Laporan yang dirangkum dalam White paper GetCRAFT tersebut merupakan hasil dari tiga survei yang dikirim kepada 150 brand, agensi, penerbit  dan media, serta influencers melalui email.

Disebutkan, posting berbayar di media sosial (paid social media posts) merupakan prioritas utama bagi para brand tersebut, dengan 65 pesen dari keseluruhan responden studi GetCRAFT merencanakan untuk melakukan kegiatan marketing ini lebih banyak tahun depan.

Dalam laporan itu juga menyebutkan, 77 persen penerbit dan media mengharapkan tahun depan native ads bisa mendongkrak lebih dari setengah total pendapatan mereka. Sementara 47 persen influencers berharap kenaikan pendapatan setidaknya dua kali lipat pada 2018. Bahkan, 13 persen influencers memiliki ekspektasi kenaikan pendapatan hingga lima kali lipat di tahun depan.
 
Studi juga menunjukkan bahwa kualitas konten merupakan masalah utama dalam melakukan native ads, hal ini diakui oleh 61 persen dari total brand.

Baca juga: Pasang Iklan pada Kendaraan Makin Populer

Pengiklan mengeluh tentang kualitas konten yang menandakan adanya keinginan untuk mengontrol cara penyampaian pesan brand mereka.  Kesimpulan ini didukung oleh fakta bahwa pihak penerbit atau media mengeluhkan tentang kurangnya   pemahaman brand mengenai native ads bekerja secara ideal.
 
Brand harus bisa lebih mempercayai rekan konten mereka. Saat mereka memaksakan suara, gaya penyampaian pesan brand kepada para penerbit atau media dan influencers, mereka sebetulnya melakukan hal yang sepenuhnya bertentangan dengan definisi native advertising,” tambah Anthony Reza,  Co-Founder dan CEO Indonesia Getcraft.

Untuk mendapatkan laporan lengkapnya, bisa klik halaman ini.

Kompas TV KompasTV ingin selalu terdepan dengan perkembangan teknologi digital.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Whats New
Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Whats New
Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Earn Smart
TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com