Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Waspadai Dampak Konflik Timur Tengah

Kompas.com - 19/04/2018, 21:06 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan terus mewaspadai dampak konflik di Timur Tengah terhadap perekonomian Indonesia.

Dampak dari peningkatan ketegangan khususnya di Suriah tersebut dampak menimbulkan volatilitas di pasar keuangan global.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menjelaskan, BI tidak hanya mewaspadai ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Bank sentral pun mewaspadai konflik geopolitik yang terjadi terkait perang dagang AS-China dan Korea Utara.

"Apapun yang terjadi di geopolitik di global akan memengaruhi jalur keuangan global," kata Dody dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Kamis (19/4/2018).

Dody menuturkan, ketegangan geopolitik tersebut bakal menyebabkan volatilitas di pasar keuangan global. Selain itu, ketegangan geopolitik pun akan mengganggu aliran perdagangan global.

"Semua itu akan berpengaruh ke perekonomian Indonesia," ujar Dody.

Menurut Dody, risiko lainnya adalah proses normalisasi kebijakan moneter AS terus berlanjut, yakni kenaikan suku bunga Fed Fund Rate dan pengurangan neraca bank sentral, inward oriented trade policy atau kebijakan perdagangan yang berorientasi internal. Ini menyebabkan meningkatkannya volatilitas di pasar keuangan serta menurunkan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia.

"Pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan semakin kuat, meskipun terdapat beberapa risiko yang perlu dicermati. Peningkatan pertumbuhan ekonomi global bersumber dari perbaikan ekonomi negara maju dan negara berkembang yang terus berlanjut," sebut Dody.

Di negara maju, pertumbuhan ekonomi AS pada 2018 diprakirakan lebih tinggi dan diikuti inflasi yang meningkat. Penguatan ekonomi AS ditopang oleh investasi dan konsumsi yang menguat seiring dampak stimulus fiskal.

Sementara itu, ekonomi Eropa diperkirakan tumbuh lebih baik didukung peningkatan konsumsi dan kebijakan moneter yang akomodatif. 

Di negara berkembang, ekonomi China diperkirakan tetap tumbuh cukup tinggi didorong oleh kenaikan konsumsi, di tengah investasi yang melambat seiring dengan prosesrebalancing ekonomi. Prospek pemulihan ekonomi global yang membaik tersebut akan meningkatkan volume perdagangan dunia yang berdampak pada tetap kuatnya harga komoditas global, termasuk minyak, pada tahun 2018. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com