Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Secara Psikologis, Dollar AS di Posisi Rp 14.000 Sudah Tidak Nyaman...

Kompas.com - 10/05/2018, 16:33 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah diminta memerhatikan sisi psikologis pasar dalam pelemahan rupiah terhadap dollar AS yang sudah tembus level Rp 14.000.

Meski dampak penguatan dollar AS terhadap mata uang Indonesia secara persentase depresiasi tidak seburuk negara-negara lain, level Rp 14.000 ini dianggap sudah membuat resah pelaku pasar.

"Rp 14.000 itu secara psikologis menurut saya membuat kita tidak nyaman. Seolah-olah kita itu sedang de javu ke 20 tahun lalu saat krisis Mei 1998," kata Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono pada Rabu (9/5/2018).

Berdasarkan data Bank Indonesia, nilai tukar rupiah secara year to date per Selasa (8/5/2018) melemah 3,44 persen.

Baca juga: Dirut BEI: Pelemahan Rupiah Terkait 2 Hal, Apa Solusinya?

Rupiah masih lebih baik dibandingkan peso Filipina yang melemah 3,72 persen; rupee India melemah 4,76 persen; real Brasil melemah 6,83 persen; rubel Rusia melemah 8,93 persen; serta lira Turki yang melemah 11,51 persen.

Tidak hanya di negara berkembang, BI menyebut tekanan pada nilai tukar mata uang negara-negara maju juga besar.

Menurut Tony, kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memang tidak besar, yakni dari Rp 13.800 menjadi Rp 14.000 dalam beberapa pekan terakhir.

Tetapi, secara psikologis angka Rp 14.000 dinilai mirip dengan kondisi saat krisis Mei 1998 di mana rupiah sempat menyentuh level Rp 17.000 per dollar AS.

Baca juga: Dollar AS Tembus Rp 14.000, Ini Kata Sri Mulyani

Maka dari itu, Tony mendorong agar BI tidak hanya melakukan intervensi di pasar, melainkan segera menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate.

Semakin lama menunda kenaikan suku bunga acuan, maka cost yang diperlukan untuk stabilisasi nilai rupiah pun semakin besar.

"Saya terus terang worry, karena cadangan devisa merosot dalam jumlah yang signifikan. Mestinya kenaikan suku bunga sudah jadi opsi yang harus ditempuh. Tidak usah nunggu bulan depan," tutur Tony.

Berdasarkan data terakhir, posisi cadangan devisa akhir April 2018 tercatat sebesar 124,9 miliar dollar AS.

Posisi cadangan devisa ini turun signifikan dibanding posisi cadangan devisa akhir Januari 2018 sebesar 131,98 miliar dollar AS.  Cadangan devisa terus turun pada Februari, Maret, dan April untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

Kompas TV Butuh komitmen yang seragam dengan pemerintah untuk menjaga pergerakan kurs.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com