Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Indonesia Tak Bisa Sendirian Jaga Rupiah

Kompas.com - 23/05/2018, 11:37 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Lemahnya otot rupiah masih menjadi isu panas di banyak kalangan.

Kemarin, Selasa (22/5/2018), data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), menunjukkan kurs rupiah mencapai Rp 14.178 per dollar AS atau melemah dibandingkan hari sebelumnya yang sebesar Rp 14.176 per dollar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah tercatat masih melemah sekitar 4,5 persen.

Mengutip Kontan.co.id, Rabu (23/5/2018), Bank Indonesia (BI) berupaya menjaga rupiah melalui intervensi pasar. Namun, sejauh ini, rupiah masih belum kembali ke titik normalnya.

Baca: Gejolak Rupiah Jadi Catatan Bagi Gubernur BI Berikutnya

Di mata bank sentral, upaya penguatan rupiah tidak bisa sebatas pada intervensi BI, melainkan juga harus digotong bersama pemerintah. Sebab, salah satu upaya paling krusial memberikan amunisi penguatan rupiah adalah menambal defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Di sisi ini, peran pemerintah jelas sangat vital.

Nah, tahun ini, BI memproyeksikan, defisit transaksi berjalan akan mencapai 2,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Proyeksi ini berada pada titik paling besar dari proyeksi sebelumnya antara 2,2 persen-2,3 persen terhadap PDB.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, proyeksi melebarnya defisit transaksi berjalan itu berbasis pada realisasi CAD pada kuartal I-2018 yang sudah mencapai 2,15 persen atau 5,5 miliar dollar AS. Angka itu atau naik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan defisit 1 persen terhadap PDB.

Agus menilai, angka ini cukup besar. "Kalau setahun, itu kira-kira ada di 2,3 persen dari PDB. Secara besaran 23 miliar dollar AS," ucapnya, Selasa (22/5).

Makin lebarnya CAD terjadi seiring dengan lonjakan impor pada kuartal I-2018. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor kuartal I-2018 tumbuh 12,75 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekspor 6,17 persen (yoy). Kenaikan impor itulah yang menurut Agus, mendorong CAD.

Meski naik, persentase ini tetap berada di bawah 3 persen dari PDB, sehingga dinilai masih aman dan terjaga. "Kalau masih di bawah 3 persen dari PDB, kami melihat masih sustainable," katanya.

Harus surplus

Sebagai catatan, neraca transaksi berjalan Indonesia terus defisit sejak tahun 2012. Tahun lalu, CAD tercatat sebesar 1,7 persen terhadap PDB. Salah satu penyumbang terbesar defisit adalah peningkatan impor barang modal, barang mentah, dan barang setengah jadi.

Walau masih aman, membesarnya nilai CAD berpengaruh besar terhadap nilai tukar rupiah. Agus menyatakan, sulit bagi rupiah menguat bila transaksi berjalan masih defisit besar. "Jika impor lebih besar dari ekspor, tak mungkin rupiah menguat. Kami mesti perbaiki," ujar Agus.

Defisit transaksi bisa ditambal dengan menarik investasi langsung asing atau foreign direct investment (FDI) maupun asing masuk Surat Utang Negara (SUN). Selain itu, harus ada reformasi menyeluruh, mulai dari sektor riil, fiskal, hingga moneter yang mengarah pada peningkatan kualitas ekspor. "Thailand sekarang surplus 11 persen terhadap PDB, Singapura 20 persen terhadap PDB, jadi kita harus berusaha untuk surplus," kata Agus.

Baca: Gubernur BI Pastikan Rupiah Tak akan Melemah hingga Rp 17.000 Per Dollar AS

Halaman:


Terkini Lainnya

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 3 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 3 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com