Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemendagri: Belum Ada Pemda yang Keberatan soal THR

Kompas.com - 06/06/2018, 17:26 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Dalam Negeri sampai Rabu (6/6/2018) sore belum menerima satupun surat pernyataan dari pemerintah daerah yang berisi tentang keberatan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) untuk tahun ini.

Sebelumnya ramai diberitakan sejumlah daerah keberatan karena THR bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan anggota DPRD dibebankan pada APBD, di mana komponen THR tahun ini diatur pemerintah setara take home pay satu bulan, bukan gaji pokok semata.

"Sampai hari ini belum ada surat satupun yang mengatakan ada daerah yang keberatan kasih THR dan gaji ke-13. Ada daerah tertentu yang kami konfirmasi bilang dananya ada dan siap bayar. Padahal di media bilang keberatan," kata Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah Kemendagri Syarifuddin saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (6/6/2018).

Menurut Syarifuddin, ketika menghubungi pemda secara acak sampai sore ini, belum ditemukan yang keberatan dengan penyampaian THR setara take home pay tersebut. Ketentuan tersebut memang baru diberlakukan tahun ini dan tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2018.

Baca juga: Menyoal Pemberian THR PNS di Daerah yang Banyak Dikeluhkan

Dia juga meragukan jika ada daerah yang mengaku tidak bisa membayarkan THR untuk para pegawainya. Hal itu dikarenakan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2017 tentang pedoman penyusunan APBD tahun 2018, pemda sudah diminta agar mengantisipasi kebutuhan untuk THR dan gaji ke-13 tahun 2018.

"Pemda diminta mengalokasikan anggaran yang cukup dalam untuk belanja pegawai. Kalau tidak ada sama sekali, berarti daerah tersebut tidak patuh terhadap Permendagri," tutur Syarifuddin.

Menanggapi komponen THR tahun ini yang lebih gemuk dibanding tahun-tahun sebelumnya, yakni terdiri atas gaji pokok dengan beberapa tunjangan, Kemendagri memaklumi jika ada pemda yang anggarannya tidak cukup.

Jika hal itu terjadi, kepala daerah bisa menggunakan dana dari anggaran belanja tidak terduga, menjadwalkan ulang kegiatan, hingga memanfaatkan kas yang tersedia.

Jika masih tidak cukup juga, kepala daerah memiliki wewenang diskresi untuk membayarkan kekurangan THR pada bulan-bulan berikutnya. Ketentuan ini tertera dalam PP 19/2018.

"Kalau ada yang mau bayar THR dari gaji pokoknya dulu, itu boleh, bentuk diskresi kepala daerah," ujar Syarifuddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Whats New
Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Whats New
Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Whats New
Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

Whats New
Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Whats New
Intip 'Modern'-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Intip "Modern"-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Whats New
IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

Whats New
Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

BrandzView
KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

Whats New
Namanya 'Diposting' Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Namanya "Diposting" Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Whats New
Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Whats New
Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Whats New
Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Whats New
Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com