Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mayoritas Produk Ekspor Unggulan ke AS Tidak Terikat Kebijakan GSP

Kompas.com - 08/07/2018, 19:02 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkapkan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) tidak seluruhnya bergantung pada kebijakan Generalized System of Preference (GSP).

GSP merupakan kebijakan perdagangan suatu negara yang memberi manfaat pemotongan bea masuk impor terhadap produk ekspor dari negara yang memeroleh manfaat GSP.

"Tidak semua produk ekspor Indonesia memeroleh manfaat GSP AS. Berdasarkan laporan GSP AS tahun 2016, Indonesia hanya memeroleh manfaat GSP sebanyak 1,8 miliar dollar AS dari total ekspor Indonesia ke AS sebesar 20 miliar dollar AS," kata Ketua Apindo Bidang Hubungan Internasional dan Investasi Shinta Widjaja Kamdani melalui keterangan tertulis kepada Kompas.com, Minggu (8/7/2018).

Menurut Shinta, justru sebagian besar produk ekspor unggulan Indonesia ke AS tidak memeroleh manfaat GSP.

Baca juga: Rapat di Hari Minggu, Menteri Bahas Perang Dagang dan Fed Fund Rate

Oleh karenanya, meski AS kini sedang meninjau ulang kebijakan GSP untuk Indonesia, kegiatan ekspor sebagian besar tetap bisa berjalan lancar.

Shinta menjelaskan, AS melalui kebijakan GSP memberikan pemotongan tarif bea masuk terhadap sekitar 5.000 produk dari total 13.000 jenis produk yang dikenal oleh mereka.

GSP AS secara umum memiliki 3 kategori manfaat, yakni manfaat A, kategori A*, dan kategori A+.

"Per 7 Juli 2018, Indonesia masih memeroleh manfaat GSP AS dalam kategori A yang memberikan pemotongan tarif bea masuk di AS untuk 3.500 produk, termasuk sebagian besar produk agrikultur, produk tekstil, garmen, dan perkayuan," tutur Shinta.

Baca juga: Trump Mulai Beri Peringatan untuk Perang Dagang dengan Indonesia

Shinta juga memastikan bahwa tidak semua produk yang diberikan manfaat GSP oleh AS diekspor Indonesia ke sana. Manfaat GSP ini diberikan hingga periode program tersebut berakhir pada 31 Desember 2020 mendatang.

"Secara keseluruhan, kami menganggap proses review kelayakan Indonesia untuk tetap memeroleh GSP sebagai suatu proses yang penting untuk menjaga hubungan perdagangan strategis Indonesia-AS yang saling menguntungkan," ujar Shinta.

Penjelasan ini disampaikan dalam rangka menerangkan ancaman perang dagang Presiden AS Donald Trump terhadap Indonesia yang sebelumnya disampaikan oleh Ketua Dewan Pertimbangan Apindo, Sofjan Wanandi.

Menurut Sofjan, Trump sudah memberi peringatan terhadap Indonesia karena jumlah ekspor dari Tanah Air ke sana lebih tinggi ketimbang ekspor AS ke Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Whats New
Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Work Smart
Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Whats New
Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Smartpreneur
HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

Whats New
Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Whats New
Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Whats New
Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Earn Smart
Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Whats New
Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Whats New
Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Whats New
10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

Earn Smart
BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

Whats New
Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com