Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LPS Prediksi Peluang BI Naikkan Suku Bunga Sangat Besar

Kompas.com - 13/07/2018, 14:30 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam rilis indikator likuiditas, Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) menlai Bank Indonesia (BI) masih berpotensi kembali menaikkaan suku bunga kebijakan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) meskipun ;aju inflasi relatif rendah.

Kebijakan tersebut perlu diambil lantaran BI harus menjaga stabilitas rupiah dan menjaga daya saing pasar keuangan domestik terhadap perubahan kebijakan moneter sejumlah negara.

Selain itu, kebijakan ini juga perlu diambil lantaran masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global.

Sebelumnya, pada tanggal 29 Juni 2018, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga kebijakannya sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen. Sehingga, hingga pertengahan tahun ini, BI telah menaikkan suku bunga hingga 100 bps atau 1 persen.

"Kenaikan suku bunga kali ini memperkuat keyakinan bahwa BI telah meninggalkan bias kebijakan moneter longgar," tulis LPS dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Jumat (13/7/2018).

Untuk mengimbangi kebijakan tersebut, BI juga mendorong bauran kebijakan makroprudensial untuk mendukung memomentum pertumbuhan, anyata lain melalui kebijakan Loan to Value (LTV) dan Giro Wajib Minimum (GWM).

"Perubahan arah kebijakan ini akan mendorong kenaikan JIBOR (Jakarta Interbank Offered Rate) yang selanjutnya diikuti kenaikan suku bunga dana dan kredit," jelas LPS.

Selain itu, LPS juga melaporkan adnaya penurunan posisi operasi pasar terbuka (OPT) konvensional BI pada akhir Juni 2018 yang mencapai Rp 142,01 triliun, turun dari Rp 197,49 triliun pada bulan Mei 2018.

"Penurunan ini diduga terjadi akibat naiknya kebutuhan likuiditas perbankan untuk memenuhi permintaan dana tunai masyarakat yang tinggi menjelang Idul Fitri," sebut LPS.

Posisi OPT menurun seiring berkurangnya penempatan dana pada Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) dan naiknya posisi repo Surat Berharga Negara (SBN). Di sisi lain, posisi reverse repo SBN dan deposit facility mengalami kenaikan.

Penurunan penempatan pada instrumen OPT diperkirakan akan terus berlanjut selain karena efek lanjutan periode libur Lebaran, juga disebabkan adanya kebutuhan likuiditas untuk penyaluran kredit yang meningkat.

"BI akan terus melakukan operasi moneter secara terukur di pasar rupiah dan valas untuk memastikan ketersediaan likuditas," jelas LPS.

LPS pun menilai, potensi kenaikan tingkat bunga acuan yang cukup terbuka akan mempengaruhi keseimbangan kondisi likuiditas perbankan di semester II 2018.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com