Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BUMN dan Swasta Didorong "Keroyokan" Garap Infrastruktur

Kompas.com - 28/08/2018, 12:02 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, pemerintah memberi kesempatan bagi Badan Usaha Milik Negara dan swasta untuk berkolaborasi dalam pembangunan infrastruktur.

Saat ini terdapat 200 bandara dan 2000 pelabuhan yang membutuhkan dana pengelolaan setiap hari. Sementara itu, anggaran pemerintah sangat terbatas sehingga sukar untuk menutupi semua kebutuhan infrastruktur.

Dengan kerja sama BUMN dan swasta, beban pemerintah dalam penyaluran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bisa ditekan. Dalam waktu dekat, kata Budi, akan ada kerja sama konsesi ke BUMN agar sejumlah bandara dikelola secara konsesi oleh BUMN dan swasta.

"Kita yakini, APBN yang tadinya dikucurkan di bandara-bandara itu setiap hari harus mengeluarkan ratusan miliar rupiah, dana tersebut akan digunakan di Miangas, Rote, dan daerah pinggiran dan terluar," ujar Budi dalam Seminar Nasional "Kebangkitan BUMN Sektor Perhubungan" di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Selasa (28/8/2018).

Baca juga: Menteri Rini Tegaskan Tawaran ke Investor Bukan Berarti Infrastruktur Dijual

Budi membantah anggapan bahwa kerja sama konsesi tersebut diartikan bahwa pemerintah menjual infrastruktur ke pihak swasta. Pemerintah hanya melakukan kerja sama untuk pemanfaatannya dan menarik investor dari dalam dan luar negeri.

"Jika pola kerja sama bisa dikawal atau diikuti swasta, maka akan ringan dan pemerintah tinggal memikirkan pembangunan infrastruktur di daerah pinggiran," kata Budi.

Budi memastikan beberapa pelabuhan dan bandara akan dikerjasamakan secara konsesi dengan BUMN dan swasta. Porsi 49 persennya akan dilelang. Dengan demikian, pada 2019 kesepakatan yang dibangun sudah bisa mulai diimplementasikan.

Budi memastikan, dengan adanya konsesi tersebut, Bandara Fatmawati di Bengkulu, Bandara Raden Inten di Lampung, hingga Bandara Sentani di Papua tak lagi disokong APBN.

"Dana ratusan miliar rupiah untuk itu saya pastikan untuk mempercepat Bandara Buntu Kunik Tana Toraja yang sebelumnya target selesai 2020, saya pastikan 2019 selesai. Bandara Pekonserai yang tadunya selesai 2020, 2019 kita pastikan selesai," kata Budi.

"Jadi satu kegiatan ya g optimalisasikan APBN ini sangat erat. Ada dana tertentu yanv bisa mengelola bandara yang lain," lanjut dia.

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar harry Sampurno menyambut baik gagasan Budi. Ia memastikan akan mendukung kebinakan tersebbut dan menggandeng swasta untuk mengelola infratruktur.

"Kita BUMN memang juga punya keterbatasan. Dengan adanya investor swasta kita pasti akan terbantu," kata Fajar.

Fajar mengatakan, pihaknya ingin pembangunan infrastruktur lebih cepat tanpa terkendala masalah anggaran.

"Maka APBN bisa digunakan buat yang lain yang urgent bagi perhubungan," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com