Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei: 74 Persen Konsumen Tak Senang Tarif Ojek Online Naik

Kompas.com - 11/02/2019, 15:45 WIB
Murti Ali Lingga,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana kenaikan tarif ojek online (ojol) menuai beragam reaksi. Rencana ini pun diperkirakan bakal berdampak negatif bagi konsumen dan mitra pengemudi.

Hal ini berdasarkan hasil studi yang dilakukan Research Institute of Socioeconomic Development (Rised) mengenai wacana kenaikan tarif ojek online.

Ketua Tim Peneliti Rised Rumayya Batubara mengatakan, survei dilakukan terhadap 2.001 responden yang tersebar di 10 provinsi dan berlangsung selama dua minggu pada Januari 2019.

Berdasarkan hasil survei ini, diketahui sebanyak 45,83 persen konsumen ojek online yang didominasi masyarakat pendapatan rendah mengatakan tarif ojek online sesuai dengan kondisi keuangan mereka. Saat ini, tarif ojek online adalah Rp 2.200 per kilometer.

Baca juga: Kemenhub: Kalau Tarif Ojek Online Rp 3.000 Per Km, Warga Bisa Pilih Transportasi Lain

Akan tetapi, sebanyak 27,99 persen masih menganggap tarif ojek online kemahalan, dan sisanya 26,19 persen mengatakan terlampau murah. Selain itu, lebih dari 70 persen responden menyatakan pula mereka tak senang dengan rencana kenaikan tarif ojek online.

"Jadi kenaikan tarif itu, kita lihat 74 persen konsumen tidak happy dengan kondisi tarif itu. 22 persen mengatakan, tidak mau atau tidak menghendaki adanya tambahan biaya sama sekali, sedangkan 48 persen bersedia, tetapi kurang dari Rp 5.000 per hari," kata Rumayya dalam jumpa pers Jakarta, Senin (11/2/2019).

Dia menjelaskan, studi ini juga mengungkapkan, jarak tempuh rata-rata konsumen ojol sekitar 8,8 kilometer per hari. Sehingga, adanya wacana tarif naik menjadi Rp 3.100 dari Rp 2.200, setelah dihitung menghasilkan Rp 7.920 kenaikan tambahan pengeluaran bagi konsumen.

"7dari 10 konsumen akan menolak ada kenaikan tarif," sebut Rumayya.

Baca juga: Kemenhub Klaim Aturan Ojek Online Tak Ditentang Para Driver

Ia menambahkan, sebanyak 41 persen konsumen menggunakan ojek online untuk perjalanan menuju tempat-tempat transportasi publik serta 71 persen menuju ke sekolah dan kantor.

Bahkan, tak kurang dari 50 persen responden diketahui sudah meninggalkan kendaraan pribadi sebagai alat transportasi utama karena kehadiran ojek online.

"Artinya ini (ojek online) jadi supporting system untuk alat transportasi yang sudah ada kayak KRL, TransJakarta. Ojol sudah menjadi hub. Bayangkan kalau tarifnya naik, kalau dia sudah nyaman dengan tarif sebelumnya, bisa kembali lagi menggunakan transportasi pribadi," terang Rumayya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Spend Smart
Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Spend Smart
Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com