Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Mata Uang Memengaruhi Kita?

Kompas.com - 18/10/2010, 07:51 WIB

Ini berarti, dalam satu dekade tersebut, defisit neraca perdagangan AS dengan China meningkat 230 persen.

Selain itu, akibat nilai tukar yuan yang begitu rendah, barang-barang yang diproduksi China menjadi lebih kompetitif daripada barang-barang yang diproduksi AS. Akibatnya, banyak lapangan kerja di berbagai sektor industri di AS menghilang. Angka pengangguran di AS mencapai 9,6 persen pada September 2010.

Karena itu, tidak mengherankan apabila AS berusaha menekan Pemerintah China untuk mengendurkan kontrol atas yuan dan membiarkan nilai tukar yuan dibentuk oleh pasar. Namun, China tidak begitu saja bersedia tunduk pada tekanan tersebut mengingat pengalaman Jepang pada tahun 1980-an.

Plaza Accord

China tampaknya tidak ingin mengulangi kesalahan Jepang pada tahun 1980-an. Pada waktu itu, dollar AS dianggap terlalu kuat (sementara yen dianggap terlalu lemah) sehingga membuat daya saing produk AS menurun. Untuk mengatasinya, Pemerintah Jepang bersama Pemerintah AS, Perancis, Jerman, dan Inggris menandatangani perjanjian yang dikenal dengan Plaza Accord pada 22 September 1985.

Salah satu isi perjanjian tersebut adalah kelima pemerintah negara di atas sepakat melakukan intervensi pasar dengan melibatkan bank sentral masing-masing negara. Tujuannya, mendevaluasi nilai tukar dollar AS, terutama terhadap yen Jepang dan deutsche mark Jerman.

Alasan utama pelemahan dollar AS tersebut adalah untuk mengurangi defisit neraca transaksi berjalan AS yang telah mencapai 3,5 persen dari PDB-nya, selain untuk membantu ekonomi AS pulih dari resesi yang dimulai pada awal tahun 1980.

Intervensi yang melibatkan sekitar 10 miliar dollar AS tersebut akhirnya membuat nilai tukar dollar AS terhadap yen melemah. Pelemahannya cukup signifikan, yakni 51 persen dalam dua tahun setelah perjanjian Plaza Accord dilaksanakan.

Defisit neraca transaksi berjalan AS menurun, bahkan pada bulan Maret 1991 AS kembali menikmati surplus neraca transaksi berjalan.

Namun, bagi Jepang, kesepakatan Plaza Accord sepertinya lebih banyak membawa dampak negatif. Penguatan mata uang yen yang sangat signifikan dan terlalu cepat membuat daya saing produk ekspor Jepang menurun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com