Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena Buruknya Birokrasi dan Kemiskinan

Kompas.com - 08/02/2013, 01:49 WIB

Jadi, dapat dipastikan ada orang dalam yang ikut bermain. ”Kalau paspor atas nama Teddy itu asli. Petugas pembuat paspor tidak tahu bila akta kelahiran yang diterima asli, tetapi palsu,” ucap Marson.

Rencananya, bayi Teddy hendak dijual kepada warga Singapura berinisial Ch yang sudah memberi uang kepada Has sebesar 500 dollar Singapura (sekitar Rp 3,9 juta).

Kemiskinan

Aktivis sosial dari Forum Bersama Masyarakat Penggugat di Koja, Jakarta Utara, Ricardo Hutahaean, menambahkan, dari 25 kasus penjualan bayi yang ditanganinya sejak 1990, mayoritas terkait kemiskinan. Orangtua bahkan rela menyerahkan bayinya kepada pengadopsi hanya dengan melunasi biaya persalinan di rumah sakit.

Menurut Ricardo, kasus yang mencuat belakangan ini hanyalah fenomena puncak gunung es, terutama praktik adopsi secara ilegal. Hingga kini, ada saja orangtua yang merelakan bayinya diadopsi karena ketidakmampuan membiayai hidup anak tersebut.

Beberapa orangtua yang telanjur menyerahkan bayinya belakangan ini kangen. Mereka ingin bertemu anaknya, tetapi tak tahu harus ke mana mencarinya.

Kelemahan administrasi kependudukan dimanfaatkan untuk mengalihkan dan mengaburkan identitas bayi. ”Tak mudah bagi warga di daerah abu-abu mendapatkan akta kelahiran karena ketiadaan KTP dan kartu keluarga. Celah ini dimanfaatkan untuk adopsi ilegal atau bahkan perdagangan bayi,” ujarnya.

Pada beberapa kasus, lanjut Ricardo, bayi ”diijonkan” sejak di dalam kandungan. Pada usia 7-8 bulan di kandungan, pengadopsi membiayai orangtua bayi dengan mengganti biaya pemeriksaan dokter atau membelikan susu khusus untuk ibu hamil. Orang-orang yang mengaku mengadopsi inilah yang perlu mendapat perhatian lebih. Sebab, pengadopsi bisa saja menjual bayi itu kepada orang lain tanpa sepengetahuan orangtua bayi.

Bukan hal baru

Menurut kriminolog dari Universitas Indonesia, Romany Sihite, kasus ini bukan hal baru. Dari beberapa kajian, jenis kejahatan sangat terkait dengan peran jendernya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com