Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakaian Jadi Buatan Korea Utara Diberi Label "Made in China"

Kompas.com - 14/08/2017, 12:45 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber Reuters

DANDONG, KOMPAS.com - Perusahaan-perusahaan tekstil dan garmen China semakin banyak menggunakan pabrik-pabrik Korea Utara (Korut) untuk memanfaatkan tenaga kerja yang murah.

Hal ini diutarakan para trader dan pelaku bisnis di kota Dandong yang berbatasan langsung dengan Korut. Pakaian-pakaian jadi yang dibuat di Korut diberi label "Made in China" dan diekspor ke seluruh dunia.

Adapun sanksi yang dijatuhkan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yakni menghukum Korut atas program nuklirnya namun tidak memasukkan larangan ekspor tekstil.

"Kami menerima pesanan dari seluruh dunia," kata salah seorang pebisnis Korea-China di Dandong, seperti dikutip dari Reuters, Senin (14/8/2017).

Pebisnis yang enggan disebut identitasnya itu menyatakan, lusinan agen produk pakaian beroperasi di Dandong.

(Baca: Dengan 4 Cara Ini, China Bisa Bikin Ekonomi Korea Utara Kacau)

Mereka bertindak sebagai perantara pemasok pakaian China dan pembeli dari AS, Eropa, Jepang, Korea Selatan, Kanada, dan Rusia.

"Kadang-kadang pembeli akhirnya tidak menyadari produk pakaian mereka dibuat di Korut," ujar pebisnis tersebut.

Tekstil merupakan ekspor terbesar kedua Korut setelah batu bara dan mineral lainnya per 2016.

Ekspor tekstil Korut, menurut data Lembaga Promosi Perdagangan-Investasi Korea (KOTRA), mencapai nilai 752 juta dollar AS dan total ekspor dari Korut pada 2016 naik 4,6 persen menjadi 2,82 miliat dollar AS.

Ekspor China ke Korut juga naik hampir 30 persen menjadi 1,67 miliar dollar AS pada semester I 2017, utamanya didorong oleh ekspor material tekstil dan barang-barang padat karya tradisional lainnya yang tak termasuk daftar embargo PBB.

Sebagai contoh, pada tahun lalu brand olahraga Australia Rip Curl secara publik meminta maaf setelah ditemukan bahwa beberapa produk perlengkapan ski yang berlabel "Made in China" ternyata buatan pabrik garmen Korut.

Rip Curl menuduh ini kesalahan pemasok lantaran bekerja sama dengan subkontraktor tak resmi. Meski demikian, para agen dan trader di Dandong menyatakan praktik ini lazim terjadi. Perusahaan garmen bisa hemat hampir 75 persen dengan memproduksi di Korut.

Korut sendiri memiliki sekitar 15 perusahaan garmen besar berorientasi ekspor. Setiap perushaan mengoperasikan sejumlah pabrik di seluruh penjuru negara tersebut.

Selain itu, ada pula lusinan perusahaan garmen papan tengah Korut. Ini berdasarkan data GPI Consultancy of the Netherlands yang membantu perusahaan-perusahaan asing berusaha di Korut.

Kompas TV Investor dari AS mulai menarik dana di luar negeri menyusul ketegangan di Semenanjung Korea
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com