Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Kami Enggak Bisa Ngerem Utang Secara Mendadak

Kompas.com - 21/08/2017, 13:03 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA. KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, pemerintah sedang berupaya menyehatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Salah satu caranya yaitu dengan meminimalisir besaran utang.

"Tapi kami enggak bisa ngerem (utang) secara medadak," ujarnya saat menggelar konferensi pers di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (21/8/2017).

Menurut Sri Mulyani, upaya menyehatkan APBN bisa dilihat dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018. Pemerintah menuturkan anggaran 2018 disusun dengan optimistis namun tetap hati-hati.

Belanja negara diproyeksikan mencapai Rp 2.204,4 triliun sementara pendapatan negara ditargetkan mencapai Rp 1.878,4 triliun.

(Baca: Cerita Sri Mulyani Rayakan HUT RI di Negeri Orang )

Artinya masih ada defisit anggaran sebesar Rp 325,9 triliun, atau 2,19 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Besaran dan persentase defisit anggaran 2018 lebih lebih rendah dari defisit anggaran di APBN Perubahan 2017 yang mencapai Rp 397 triliun, atau 2,92 persen terhadap PDB.

Akibat defisit anggaran 2018 itu, pemerintah berencana menambah utang sebesar Rp 399 triliun. Angka ini turun Rp 62,1 triliun dibandingkan APBN Perubahan 2017.

"Defisit 2,19 persen ini mencerminkan tadi membuat APBN yang lebih sehat," kata Sri Mulyani.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, utang pemerintah terus menggunung. Hingga akhir Juni 2017, tercatat utang pemerintah mencapai Rp 3.706 triliun, naik Rp 34 triliun dibanding posisi utang senilai Rp 3.672 pada Mei 2017.

Besaran utang itu masih dinilai aman oleh pemerintah lantaran rasio terhadap PDB masih sekitar 28 persen, jauh dari batas yang ditentukan undang-undang yaitu 60 persen.

Selain itu, pemerintah juga mengatakan bahwa rasio utang Indonesia lebih rendah dari Malaysia yang mencapai 56 persen, Brazil 78 persen, Thailand 50 persen, Jepang 200 persen, dan AS 100 persen.

Kompas TV Setelah 12 Tahun, SBY & Megawati Bersama Rayatkan HUT RI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com