Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saling Serang AS dan China soal Perdagangan

Kompas.com - 22/08/2017, 11:09 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

HONG KONG, KOMPAS.com - Kementerian Perdagangan China menerbitkan pernyataan yang menunjukkan ketidakpuasan yang besar terkait pendekatan Amerika Serikat (AS) terhadap unilateralisme dan proteksionisme. Pernyataan tersebut diumumkan pada Senin (21/8/2017).

Mengutip CNN Money, Selasa (22/8/2017), sejalan dengan permintaan Presiden AS Donald Trump, Perwakilan Perdagangan AS Robet Lighthizer pada akhir pekan lalu mengumumkan bahwa ia secara formal memulai investigasi guna mengetahui apakah China secara tidak adil menahan teknologi dan properti intelektual AS.

"Setelah berkonsultasi dengan pemangku kepentingan dan lembaga-lembaga negara lainnya, saya telah mempertimbangkan bahwa isu-isu kritis ini harus ditindaklanjuti dengan investigasi," ujar Lighthizer.

Berdasarkan undang-undang perdagangan AS tahun 1974, dugaan ini terlihat bakal merenggangkan hubungan dua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut.

(Baca: Trump Ukir Prestasi di Bidang Ekonomi, tapi Popularitasnya Anjlok)

 

Investigasi ini diekspektasikan berjalan setidaknya setahun, namun Trump bisa saja mengenakan tarif terhadap barang impor China atau mengambil tindakan hukuman lainnya terkait perdagangan.

Trump pun telah berupaya untuk mengikuti retorikanya terkait perdagangan dengan China selama kampanyenya.

Ketimbang konfrontasi, ia pun telah memilih negosiasi sekaligus memperoleh bantuan dari Beijing soal penanganan program nuklir Korea Utara.

Akan tetapi, Trump pun menyuarakan frustrasinya lantaran progres segala upaya tersebut lambat.

Kementerian Perdagangan China pun menyatakan AS menunjukkan sikap tak bertanggung jawab karena menentang aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan menginvestigasi perdagangan dengan China terkait aturan domestik AS.

Kementerian pun menyatakan China akan terus memonitor progres investigasi dan akan mengambil tindakan yang sesuai dan terukur guna mempertahankan hak dan kepentingannya.

China dituduh mencoba mengambil jalan pintas guna membantu industri domestiknya dengan cara memata-matai, meretas, atau memaksa perusahaan untuk membagikan informasi komersial yang sensitif, seperti kode perangkat lunak maupun desain produk.

Hal-hal ini dikeluhkan oleh banyak perusahaan AS yang berbisnis di China. Menurut Kementerian Perdagangan China, tuduhan tersebut tidak obyektif.

Ketika perusahaan besar mendirikan operasional di negara-negaa berkembang, bukan tidak biasa bagi mereka untuk membagikan sejumlah teknologi mereka kepada mitra dan pegawai lokal. 

Kompas TV Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan niatnya untuk menerapkan proteksionisme perdagangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com