Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Pastikan Pernyataan Presiden Soal Isu Daya Beli Valid

Kompas.com - 05/10/2017, 09:30 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan pernyataan Presiden Joko Widodo terkait isu penurunan daya beli masyarakat bukanlah pernyataan tanpa data.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa daya beli masyarakat tidak turun. Ia justru menyebut isu sengaja diciptakan oleh lawan politik untuk menghambat elektabilitasnya di pemilu presiden 2019 mendatang.

"Jadi Presiden tentu lihat semua informasi dari pertumbuhan konsumsi masyarakat yang kami juga kaji secara teliti," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR, Rabu (4/10/2017).

Berdasarkan data, konsumsi masyarakat masih positif disemua segmen. Bahkan tutur dia, pertumbuhan konsumsi 40-80 persen kelompok pendapatan tumbuh hingga 57 persen, lebih kecil 8 persen dibandingkan tahun lalu. 

(Baca: Kepala Bappenas: Daya Beli Tidak Turun, Hanya Perubahan Pola Konsumsi)

Selain itu, Sri Mulyani juga mengatakan bahwa transaksi jual beli di masyarakat masih terindikasi positif. Hal itu terlihat dari penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang tumbuh positif.

"Dari sisi PPN memang mnggambarkan semua sektor mengalami kegiatan yang sifatnya positif. Artinya penerimaan perpajakannya dari PPN semua sektor meningkat. Ini menggambarkan sektor produksi sudah menunjukkan adanya kegiatan yang positif," kata Sri Mulyani.

Pemerintah, lanjit Sri Mulyani, lebih berharap agar penciptaan lapangan kerja bisa lebih besar. Sebab penyerapan tenaga kerja menjadi titik penting peningkatan kemampuan daya beli masyakarat.

(Baca: Faisal Basri: Daya Beli Masyarakat Tidak Melemah, Merosot atau Turun)

"Seperti yang terlihat dari statistik dalam dua kuartal ada empat juta kesempatan kerja tercipta dan kenaikan dari sisi upah. Itu tentu akan meningkatkan daya beli," ucap mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Curiga

Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon curiga Presiden Joko Widodo mendapatkan data dan informasi yang keliru mengenai turunnya daya beli masyarakat.

"Saya kira itu enggak benar. Informasi yang masuk ke Pak Jokowi itu informasinya salah," kata Fadli kepada Kompas.com, Rabu (4/10/2017).

Fadli mengatakan, daya beli masyarakat yang menurun saat ini bisa dilihat dari sepinya pusat perbelanjaan seperti Tanah Abang dan Glodok. Selain itu, retail besar seperti Ramayana dan Matahari juga banyak menutup gerainya.

Kompas TV Tidak hanya melalui gerai konvensional, Ramayana juga menyambangi konsumennya melalui situs jual beli online Tokopedia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com