JAKARTA, KOMPAS.com - Baru-baru ini, nilai tukar rupiah sempat mengalami pelemahan terhadap dollar AS. Bahkan, pada pekan lalu, nilai tukar rupiah sempat menyentuh kisaran level Rp 13.500 per dollar AS.
Beberapa kalangan menyebut, pelemahan nilai tukar rupiah tersebut sepenuhnya disebabkan oleh faktor eksternal. Pasalnya, data-data perekonomian domestik dalam kondisi baik dan positif.
Kepala Ekonom dan Investment Strategist Manulife Asset Management Katarina Setiawan menyebut, sepanjang tahun berjalan 2017 rupiah stabil pada kisaran Rp 13.300 sampai Rp 13.400 per dollar AS.
Namun, beberapa hari menjelang akhir kuartal III 2017, rupiah melemah ke kisaran Rp 13.500 per dollar AS.
(Baca: Fundamental Ekonomi Indonesia Dukung Daya Tahan Rupiah)
"Hal ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump memaparkan rancangan reformasi perpajakan," ungkap Katarina dalam laporannya yang dirilis hari ini, Kamis (5/10/2017).
Katarina menuturkan, pihaknya memandang pelemahan nilai rukar rupiah tersebut bersifat sementara. Secara fundamental, imbuh dia, nilai tukar rupiah akan menguat dalam jangka panjang.
"Secara fundamental, nilai tukar rupiah akan menguat dalam jangka panjang, ditopang oleh neraca perdagangan yang baik, cadangan devisa kuat serta inflasi yang rendah," tutur Katarina.
Secara terpisah, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Damhuri Nasution menyatakan, pelemahan rupiah beberapa waktu terakhir bersifat sementara. Pada akhirnya, rupiah akan kembali menguat sesuai fundamentalnya.
(Baca: BNP Paribas: Tak Perlu Khawatir Penurunan Rupiah Terhadap Dollar AS)
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.