Anda bisa mengukur apakah nilai yang Anda tabung saat ini sudah ideal atau belum memakai rasio tabungan. Caranya, nilai tabungan tahunan dibagi dengan jumlah pendapatan tahunan.
Rasio ini bertujuan untuk menetapkan persentase yang idealnya Anda tabungkan setiap tahun atau setiap bulan.
Sebagai contoh, nilai tabungan Anda adalah Rp 40 juta yang tersebar di tabungan dan deposito bank.
Adapun total pendapatan tahunan Anda mencapai Rp 180 juta. Maka, rasio tabungan Anda adalah Rp 40 juta dibagi Rp 180 juta= 22,2 persen.
Angka minimal rasio tabungan adalah 10 persen, lebih besar lebih baik. Sehingga, dengan rasio tabungan 22,2 persen, Anda sudah cukup bagus.
3. Rasio kemampuan pelunasan utang (Debt Service Ratio)
Rasio ini sangat penting untuk mengukur kemampuan Anda dalam membayar cicilan utang.
Angkanya bisa Anda dapatkan dengan membagi antara beban cicilan utang per tahun atau per bulan dibagi dengan nilai pendapatan per tahun atau per bulan.
Angka ideal rasio ini adalah maksimal 35 persen, tidak boleh melebihi itu.
Misalnya, setiap bulan Anda harus membayar cicilan utang Rp 4 juta, sedangkan jumlah pendapatan bulanan Anda adalah Rp 7 juta.
Maka, debt service ratio Anda adalah Rp 4 juta dibagi Rp 7 juta= 58 persen Angka ini tidak sehat karena idealnya beban utang Anda memakan 35 persen pendapatan bulanan.
Supaya masalah utang tidak makin mempurukkan keuangan Anda, Anda perlu mengambil langkah untuk menurunkan beban utang, apakah dengan menjual aset, melakukan refinancing utang atau menambah penghasilan.
4. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio)
Rasio ini berguna untuk mengukur risiko kebangkrutan Anda. Kondisi bangkrut adalah ketika seseorang memiliki utang melebihi jumlah total asetnya.
Rasio solvabilitas bisa kita dapatkan dengan membagi antara nilai total kekayaan bersih dibagi total aset.