Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Bitcoin Meroket, IMF Peringatkan Uang Digital Berbahaya

Kompas.com - 15/10/2017, 12:12 WIB

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu harga bitcoin menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah. Kemarin, harga bitcoin sempat menyenggol level tertinggi yakni 5.856,10, dollar AS atau setara dengan Rp 79,06 juta (Kurs Rp 13.500).

Harga tersebut naik lebih dari 480 persen secara year to date. Tak butuh waktu lama sejak harganya jatuh gara-gara China melarang perdagangan bitcoin, harga bitcoin kembali melambung.

Mengutip CNBC, spekulasi yang beredar bahwa China akan mencabut larangan transaksi bitcoin. Bulan lalu, regulator China melarang transaksi uang kripto itu.

Dalam jangka panjang, tren harga bitcoin bisa terus naik. Sebab Jepang telah membuat peraturan yang menguntungkan bagi para pengguna bitcoin.

(Baca: Nilai Bitcoin Kini Tembus Rp 78 Juta, Apa Penyebabnya?)

Bahkan perusahaan ritel sudah menerima pembayaran via bitcoin. Goldman Sachs juga sedang mempertimbangkan memulai perdagangan baru yang fokus pada mata uang digital.

Perkembangan uang digital begitu cepat dan agresif. Fundstrat Global melacak terdapat sekitar 630 uang digital di pasar. Jumlah itu belum termasuk produk investasi berbasis uang digital.

Itu pula yang membuat Dana Moneter Internasional (IMF) menaruh perhatian besar pada uang digital. Sebab, perkembangan teknologi keuangan ini mulai mengguncang layanan keuangan dan sistem pembayaran global.

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengingatkan akan bahaya uang digital terhadap sistem pembayaran global.

Itu sebabnya, dia mengingatkan agar bank sentral dunia memberi perhatian serius pada uang digital tersebut.

"Saya berpikir bahwa kita akan mengalami gangguan besar," kata Lagarde kepada CNBC.

Oscar Darmawan, CEO Bitcoin Indonesia mengatakan, prospek harga bitcoin masih bagus dan bisa kembali cetak rekor.

Sebab masih banyak orang yang belum mengenal uang virtual ini. "Masih sangat luas potensinya untuk menebus rekor berikutnya. Saya rasa kenaikan harga saat ini juga masih sangat wajar," ujar dia, kemarin.

Di Indonesia sendiri, bitcoin masih belum dianggap komoditas resmi. Namun minat orang Indonesia untuk terjun berinvestasi bitcoin sangat besar.

"Saat ini, ada 500.000 anggota terdaftar di sistem bitcoin.co.id," ujar Oscar.

Menurut Oscar, di Indonesia masih jauh untuk membuat produk investasi berbasis bitcoin karena memang belum ada aturannya.

"Biasanya investasi berbasis bitcoin tersebut berupa indeks bitcoin maupun berbentuk reksadana berdasarkan pergerakan harga bitcoin atau fund manager," ujar dia.

Nah, jika ada yang menawarkan produk berbasis bitcoin dan menjanjikan imbal hasil besar harus berhati-hati.

Pasalnya, tidak ada yang tahu naik turunnya harga bitcoin. "Soal harga saya juga ingin tahu ke depannya naik atau turun. Itu pertanyaan yang tidak bisa dijawab siapapun," ujar dia. (Avanty Nurdiana, Khomarul Hidayat)

Berita ini sudah tayang di Kontan.co,id dengan judul "Peringatan IMF: Uang Digital Berbahaya" pada Sabtu (14/10/2017). 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengembangan Hub 'Carbon Capture and Storage', Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Pengembangan Hub "Carbon Capture and Storage", Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Whats New
SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

Whats New
Bakal 'Buyback' Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Bakal "Buyback" Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Whats New
Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Whats New
Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Whats New
Home Credit Catat Volume Pembiayaan Rp 2,59 Triliun Sepanjang Kuartal I 2024

Home Credit Catat Volume Pembiayaan Rp 2,59 Triliun Sepanjang Kuartal I 2024

Whats New
Membangun Bisnis Kuliner bersama Boga Hiji

Membangun Bisnis Kuliner bersama Boga Hiji

Whats New
Di Tengah Penurunan Penjualan Unit Baru, Tren Kredit Kendaraan Tetap Tumbuh

Di Tengah Penurunan Penjualan Unit Baru, Tren Kredit Kendaraan Tetap Tumbuh

Whats New
RUPST, Emiten Boy Thohir ADRO Angkat Direktur Baru

RUPST, Emiten Boy Thohir ADRO Angkat Direktur Baru

Whats New
Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Dinilai Bikin Saham-saham Berfundamental Bagus Terdiskon

Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Dinilai Bikin Saham-saham Berfundamental Bagus Terdiskon

Whats New
Sri Mulyani Sebut Sedang Siapkan Anggaran Pemerintah Prabowo-Gibran

Sri Mulyani Sebut Sedang Siapkan Anggaran Pemerintah Prabowo-Gibran

Whats New
Nilai Ekspor Indonesia Naik Jadi 19,62 Miliar pada April 2024

Nilai Ekspor Indonesia Naik Jadi 19,62 Miliar pada April 2024

Whats New
Adaro Energy Bakal Tebar Dividen Final Rp 6,4 Triliun Tahun Ini

Adaro Energy Bakal Tebar Dividen Final Rp 6,4 Triliun Tahun Ini

Whats New
Masuknya Starlink Dikhawatirkan Ancam Bisnis Operator Lokal, Luhut: Semua Harus Berkompetisi

Masuknya Starlink Dikhawatirkan Ancam Bisnis Operator Lokal, Luhut: Semua Harus Berkompetisi

Whats New
OJK Bakal Bikin Ketentuan Tarif Premi Asuransi Kendaraan Listrik

OJK Bakal Bikin Ketentuan Tarif Premi Asuransi Kendaraan Listrik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com