Malam hari sapi masuk mesin jagal, lalu dini hari pedagang daging dan bakso sudah antre di rumah pemotongan hewan miliknya.
“Tak ada yang memaksa untuk menjadi tukang jagal. Kalau pekerjaan ini bau, mengantuk dan meletihkan mau menyalahkan siapa? Sakitnya karena kita yang mau sendiri,” ujarnya.
Ia mencontohkan, para pemilik mobil yang berceloteh di media sosial tentang antrean di pintu tol.
“Dikasih yang lebih bagus mereka melawan, maunya tetap bayar tunai di antrean yang semakin panjang. Sebentar mereka mempersoalkan kartu yang tidak lancar, padahal mereka pinjam sama mobil di belakangnya sehingga yang lain terganggu."
"Lalu ada yang mempersoalkan Undang-undang. Katanya alat pembayaran yang sah hanya rupiah. Padahal uang elektronik itu juga rupiah. Ada lagi yang mempersoalkan tenaga kerja yang bakal menganggur. Padahal sebagian dari mereka bakal pindah ke control room yang tak lagi harus menghisap karbon knalpot tuan-tuan besar yang duduk manis di dalam mobil. Mereka marah karena, 'sakitnya' dipaksa orang lain,” tambahnya.
Mereka memilih untuk memilih sendiri, bukan dipaksa. Adalagi yang mengatakan sosialisasi kurang. Duh, kemana aja sih? Pembayaran nontunai sudah ada sejak tahun 2009 dan terlalu jelas terpampang di pintu tol.
Amir melanjutkan teorinya. “Pertama, tak ada permulaan yang mudah. Kedua, selalu ada yang mengompor-ngompori agar kita beramai-ramai tak melanjutkan usaha kita. Lihat saja orang-orang yang sok jadi pahlawan di gerakan nontunai.
Mereka mengompori bahwa akan ada banyak orang bakal kena PHK, walaupun operatornya sudah bilang tak ada PHK. Ketiga, efeknya akan berbeda antara dipaksa dengan mau sendiri.
"Idealnya memang kita melakukan sesuatu itu suka rela, tidak perlu dipaksa-paksa. Jadi seperti juragan sapi dalam cerita Amir tadi, “kalau sakit, mau komplain sama siapa? Wong maunya sendiri kok!”
Namun, kadang saya berpikir sebaliknya. Katanya dalam hal tertentu negara memang harus intervensi. Sebab kita ini bukan negara liberal yang semau-maunya. Pembayaran elektronik sudah ada sejak tahun 2009. Tetapi proses perpindahannya sangat lamban.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.