Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kementan Akui Program Diversifikasi Pangan Masih Sebatas Kampanye

Kompas.com - 24/10/2017, 14:59 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi mengungkapan, selama ini program diversifikasi pangan di Indonesia masih sebatas kempanye belaka dan belum memiliki program yang keberlanjutan.

"Selama ini yang kami lakukan hanya kampanye, hanya gerakan, kemudian gebyar, setelah kampanye selesai, tidak ada program yang sustainable mengenai bagaimana program diversifikasi pangan," ujar Agung di Gedung Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (24/10/2017).

Menurutnya, program diversifikasi pangan perlu dilaksanakan saat ini sebagai salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras karbohidrat dan terigu.

"Pertama kurangi ketergantungan, kedua adalah untuk memberikan makanan atau nutrisi yang bergizi dan aman untuk masyarakat," kata Agung.

(Baca: Kem)entan Ungkap Penyebab Harga Cabai Kerap Bergejolak

Menurut Agung, saat ini program diversifikasi pangan telah dijalankan di beberapa wilayah meskipun belum skala besar.

Salah satunya diversifikasi pangan berbasis sorgum di Demak Jawa Tengah dan Larantuka Nusa Tenggara Timur, kemudian sagu di Kehiran Papua, dan jagung di Kupang Timur, serta hanjeli di Sumedang, dan ubikayu di Cimahi.

Sementara itu, Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Hasil Sembiring mengatakan, program diversifikasi pangan perlu dilaksanakan secara intensif di Indonesia, sebab kedepan produksi beras akan semakin memiliki tantangan yang besar, mulai dari ketersediaan lahan, hingga iklim dan cuaca.

"Diversifikasi pangan sudah keharusan, dan aturannya sudah ada, saya kira ini kebijakan tepat, karena kalau tidak tekanan kita untuk produksi beras akan semakin berat," kata Hasil.

Hasil menyatakan, jika diversifikasi pangan mampu dilaksanakan maka cepat atau lambat konsumsi beras akan semakin menurun. "Jika diversivikasi pangan di dorong maka konsumsi beras akan menurun," jelas Hasil.

Berdasarkan Kementan, hingga tahun 2017 tren konsumsi beras nasional terus mengalami penurunan.

Pada tahun 2010 tren konsumsi beras di Indonesia mencapai 130 kilogram per kapita per tahun, dan tahun 2014 mencapai 124 kilogram per kapita per tahun, kemudian tahun 2017 mencapai 117 kilogram per kapita per tahun.

Kendati demikian, angka tersebut masih jauh dibawah konsumsi negara-negara Asia, seperti Korea Selatan 40 kilogram per kapita per tahun, Jepang 50 kilogram per kapita per tahun, Malaysia 80 kilogram per kapita per tahun, dan Thailand 70 kilogram per kapita per tahun.

Kompas TV Kecurangan Distribusi Beras, Negara Rugi Triliun Rupiah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com