Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BEI Kaji Bangun Bursa Efek Syariah di Surabaya

Kompas.com - 30/10/2017, 06:00 WIB
Aprillia Ika

Penulis

DUBAI, KOMPAS.com - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani mengusulkan ke Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio agar dibentuk bursa efek syariah di Indonesia.

Bos BEI pun menanggapinya dengan mengadakan studi banding ke Dubai Financial Market (DFM) di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), bursa efek syariah terbesar di dunia saat ini.

Pada sesi sharing dengan media, Sabtu (28/10/2017) malam, Tito mengungkapkan rencana ini. "Karena pembentukan bursa biayanya mahal, BEI akan support Kadin untuk hal ini. Kadin yang mempromotori, BEI yang akan manage," kata dia.

Menurut dia, Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia. Growth dari pasar syariah dua kali lipat dari pasar konvensional.

Namun, pasar syariah belum bisa memberikan return yang lebih besar. Kenapa? Karena belum banyak yang bermain di sana. Hal inilah yang mendasari BEI setuju dengan usulan Kadin Indonesia untuk membentuk Sharia Stock Exchange di Indonesia.

Tito menilai pendirian bursa saham syariah pada dasarnya tidak sulit. Indonesia sudah memiliki produk syariah, termasuk saham syariah. Landasan hukum pasar modal syariah pun dinilai sudah mencukupi.

Indonesia saat ini memiliki 17 fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) dan 10 peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal pasar modal syariah.

Bahkan di Indonesia sebenarnya sudah ada fatwa mengenai penerbitan dan perdagangan waran syariah. "Masalahnya, semua aturan belum dikonversi jadi mekanisme. Produknya belum ada," lanjut dia.

Tito melanjutkan, yang belum jelas mengenai bursa efek syariah ini adalah prosesnya. Tito kembali mencontohkan, jika seorang investor memiliki aset senilai Rp 1 miliar. Namun dia hanya punya uang Rp 10 juta. Di pasar saham konvensional, investor ini boleh berinvestasi. Namun di syariah tidak bisa.

"Di syariah masih banyak proses atau terkait aturan yang susah. Sementara di Dubai Financial Market semua prosesnya syariah secara end to end. Untuk itu kami mau belajar," ujar Tito.

Tito melanjutkan, anggota bursa juga pada dasarnya sudah siap. Saat ini setidaknya ada 12 anggota bursa yang mengembangkan syariah online trading system (SOTS). Ke depan, bursa efek syariah ini ditargetkan menjadi pelengkap bursa efek konvensional.

Surabaya

Rencananya, bursa saham syariah ini tidak akan didirikan di Jakarta. "Saya kira lebih baik di Surabaya," imbuh Tito.

Alasannya, saat ini distibusi broker masih terpusat di Jabodetabek. Diestimasi sekitar 70 persen broker ada di daerah tersebut.

Tito masih belum pasang target kapan bursa syariah ini bakal berjalan. "Secara teori, sembilan bulan juga bisa jalan," cetus dia.

Kini BEI masih mengkaji hal-hal yang perlu dipersiapkan. Dua pekan ke depan, BEI juga akan kembali menemui DFM, dengan salah satu agenda untuk mempersiapkan bursa syariah ini. "Saya juga akan ajak Rosan," kata Tito.

Kompas TV Menakar Ekonomi Jakarta di Bawah Gubernur Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com