Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Junaidi Abdillah, dari Dagang Pecel Lele Jadi Bos Pengembang Properti

Kompas.com - 08/11/2017, 08:30 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis


PENGEMBANG
properti. Konotasi dari frasa ini kurang lebih adalah glamour, bertabur harta, sibuk, kaya, dan uang banyak. Untuk bisa menjadi sosok berlabel itu pun secara umum dianggap harus punya modal besar sejak awal atau bahkan biasanya sudah kaya dari keturunan.

Junaidi Abdillah membalik semua asumsi tersebut. Perjalanan hidup Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) tersebut malah bisa disebut seperti dongeng Upik Abu yang lalu jadi ratu—dalam versi laki-laki.

“Saya dulu itu buruh cangkul, sopir, lalu pedagang pecel lele,” ujar Junaidi saat menjadi pembicara pada pelatihan kewirausahaan properti yang digelar PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk—selanjutnya disebut BTN—di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (30/10/2017).

Tentu saja, Junaidi tak berteman ibu peri. Perubahan jalan hidupnya, kata dia, adalah cerita panjang tentang mencari ilmu tiada henti dan kerja keras sepanjang perjalanan.

Menurut Junaidi, setiap orang punya garis tangan. Namun, ujar dia, garis tangan tanpa usaha pun tak akan mendatangkan rezeki yang konon sudah ditentukan untuk setiap orang itu.

Bermula dari dua rumah sitaan

Perubahan Junaidi merambah bisnis properti bermula dari dua rumah sitaan BTN, rumah kredit yang dalam perjalanannya tak lancar dicicil.

Waktu itu, sebut Junaidi, modal untuk membeli kedua rumah tersebut Rp 18 juta. Dengan ongkos perbaikan Rp 20 juta, kedua rumah itu lalu bisa dilego di atas Rp 100 juta.

“Tidak ada istilah durian runtuh. Intinya adalah kerja keras dan terus mencari ilmu,” ucap  Junaidi.

Ilustrasi rumah subsidi.KOMPAS.com / DANI PRABOWO Ilustrasi rumah subsidi.

Selain garis takdir, Junaidi menjatuhkan pilihan menjadi pengusaha di bidang properti berbekal logika sederhana. Selama cinta, pernikahan, dan kelahiran anak belum dilarang, kata dia, kebutuhan properti akan terus ada dengan kehadiran keluarga dan keturunannya.

Saat ini, lanjut dia, peluang itu datang berupa angka kebutuhan rumah yang belum terpenuhi (backlog), termasuk program 1 juta rumah yang dicanangkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan itu. Per 2017, angka backlog disebut mencapai 11,38 juta rumah.

Memulai usaha di bidang properti pun tak melulu harus dari posisi pengembang yang membangun perumahan. Buat awalan, sebut dia, menjadi agen penjual rumah—baik konvensional maupun lewat jejaring internet—bisa jadi pilihan.

Pilihan segmen yang akan ditekuni, lanjut Junaidi, adalah kunci membidik peluang di bidang properti. Segmen rumah sederhana, menengah, dan mewah, kata dia, tentu saja punya pendekatan yang berbeda untuk menjualnya.

“Saat ini yang paling diminati adalah rumah murah dan subsidi tapak,” sebut Junaidi memberikan contoh.

Menawarkan segmen rumah yang sedang paling laku seperti itu, kata Junaidi, bisa jadi awalan bagi para pemula untuk terjun ke bidang properti. Peluang itu antara lain berupa nominal cicilan yang ada di kisaran Rp 700.000 per bulan, saat ini setara dengan harga kontrakan satu pintu.

“Tak perlu modal selain ponsel pintar daripada cuma buat curhat,” imbuh Junaidi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Whats New
Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com