Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Junaidi Abdillah, dari Dagang Pecel Lele Jadi Bos Pengembang Properti

Kompas.com - 08/11/2017, 08:30 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Kalaupun ada modal lain, kata Junaidi, adalah doa supaya jualan segera laku. Setidaknya, perjalanan Junaidi saat ini sudah menghasilkan 15 perumahan dalam portofolionya.

S-2 pecel lele

Lahir di desa yang dulu menurut dia muncul di peta pun sepertinya tidak, Junaidi menyelesaikan sekolah sarjananya saat bekerja sebagai sopir. Pekerjaan itu dia jalani 15 tahun.

Tak berhenti di situ, Junaidi melanjutkan pendidikan ke jenjang master. Kali ini biaya sekolahnya ditunjang tambahan pendapatan dari dia berjualan pecel lele di warung tenda di Pontianak, Kalimantan Barat.

“Istilahnya, S-1 saya itu S-1 sopir, lalu S-2 pecel lele,” ujar dia sembari tertawa.

Junaidi mengaku tak punya bayangan muluk-muluk saat memulai usaha propertinya, begitu pula ketika memutuskan melanjutkan jenjang pendidikan. Dia hanya berpikiran ingin membuat perubahan hidup.

“Jadi, karyawan atau wiraswasta itu pilihan. Namun, saya ingin berubah dan berubah. Kalau tidak dari kita, tak bisa. Ini soal kemauan diri dan kerja keras,” tutur Junaidi soal perubahan jalan hidupnya.

Belajar dari kegagalan orang

Orang bilang, setiap perjalanan pasti punya fase jatuh-bangun. Junaidi tak menampik bahwa tetap saja ada peristiwa kejatuhan-kejatuhan kecil yang dia alami. Namun, kata dia, tak ada orang yang ingin mengalami kejatuhan dalam skala apa pun.

“Kalau ada orang gagal, saya menguping (ceritanya), biar saya tak mengalami kegagalan yang sama,” ungkap Junaidi soal cara meminimalisasi kemungkinan gagal atau jatuh.

Beda lagi, lanjut Junaidi, jika sudah melakukan banyak upaya, tetapi tetap saja mengalami kejatuhan atau kegagalan. Bisa jadi, kata dia, memang ada hal mendasar yang perlu diperbaiki terlebih dahulu sebelum kesuksesan bisa diwujudkan.

“Di situ, terus mencari ilmu penting. Semua ilmu untuk kebaikan itu penting. Dari ilmu pula kita akan mengembangkan diri, termasuk belajar dari dari kegagalan orang lain,” imbuh Junaidi.

Soal dorongan untuk membuat perubahan, aku Junaidi, bisa datang dari banyak sebab. Pada dirinya, pendorong itu antara lain adalah kesadaran tentang amanah 4 orang anak dan pendapatan yang semula pas-pasan.

HFC BTN

Peluang untuk berubah pun sekarang punya banyak pintu. Salah satunya datang dari BTN, tempat Junaidi pernah bekerja.

“Yang tadi tidak Junaidi sebut, dulu dia itu sopir di BTN,” ujar Direktur Utama BTN Maryono dalam kesempatan yang sama.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Maryono (berdiri, batik), saat memberikan paparan tentang peluang wirausaha di bidang properti di Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Senin (30/10/2017)KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Maryono (berdiri, batik), saat memberikan paparan tentang peluang wirausaha di bidang properti di Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Senin (30/10/2017)

Menurut Maryono, kisah Junaidi layak jadi motivasi bagi anak-anak muda yang ingin berwirausaha di bidang properti. Tidak benar, kata dia, untuk menekuni bisnis di bidang properti harus berawal dari modal besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com