Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Mobil Listrik Benar-benar Ramah Lingkungan?

Kompas.com - 14/11/2017, 11:00 WIB
Aprillia Ika

Penulis

KOMPAS.com - Sejumlah negara termasuk Indonesia mulai memberikan target persentase jumlah mobil listrik yang akan melaju di jalanan negara mereka dalam beberapa tahun ke depan. Termasuk Indonesia.

Pemerintah Indonesia saat ini sedang membahas regulasi mengenai mobil listrik ini, agar di 2025 populasi mobil listrik akan mencapai 20 persen di Indonesia. Misal aturan bea masuk, aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), hingga perpajakannya.

Pemerintah beranggapan, hadirnya mobil listrik bisa mengurangi polusi udara akibat emisi gas buang. Sehingga, udara menjadi lebih bersih.

Baca juga : Indonesia Ingin Populasi Mobil Listrik Mencapai 20 Persen di 2025

Sejumlah negara maju memang telah memulai untuk meninggalkan mobil berbahan bakar fosil, seperti BBM ke listrik. Hal ini misal dilakukan pemerintah Inggris dan Perancis yang akan melarang mobil non-listrik di 2040.

Sekadar informasi, Para konsumen mulai meminati mobil listrik ketika Musk membanderol Model 3 Tesla seharga 35.000 dollar AS. Sementara Cheverolet menjual Bolt seharga 37.500 dollar AS, mobil listrik yang bisa melaju 200 mil sekali charge.

Setelah itu, banyak negara tertarik mengembangkan mobil listrik. Misalnya saja Jerman. Negara produsen mobil terbesar di Eropa tersebut pada April 2016 mengumumkan insentif sebesar 1,4 miliar dollar AS, untuk pengembangan mobil listrik.

Seperempat dari dana tersebut juga digunakan untuk subsidi kredit mobil listrik sebesar 7.500 dollar AS per konsumen.

Baca juga : 2040, Inggris Larang Penggunaan Mobil Berbahan Bakar Diesel dan Gas

Pertanyaannya, apakah mobil listrik benar-benar ramah lingkungan seperti yang diperkirakan? Mari kita telaah.

Mengutip tulisan Zainab Calcuttawala di Oilprice.com, mitos ramah lingkungan yang disematkan ke mobil listrik masih bisa diperdebatkan dari berbagai sisi.

Menurut dia, langkah menuju mobil listrik belum menyelesaikan masalah polusi di sektor transportasi. Pasalnya, mobil listrik perlu baterai tahan lama yang harus diekstraksi dari mineral langka di bumi.

Belum lagi, ke depan akan banyak penggunaan baterai lithium-ion yang sampahnya bisa saja meracuni bumi jika tidak dilakukan daur ulang.

Baca juga : Honda: Mobil Listrik Tak Berpotensi di Indonesia

Isu lain, yakni soal energi listrik untuk memberikan tenaga pada baterai untuk menggerakan mobil. Sumber listrik yang ramah lingkungan sendiri masih menjadi pekerjaan rumah terbesar untuk dipenuhi saat ini.

1. Baterai

Mobil listrik haruslah ringan, oleh sebab itu baterainya juga harus ringan. Untuk itu, dipakailah lithium-ion yang ditemukan pada 1817. Namun penggunaan lithium sendiri sebenarnya jumlahnya terbatas, dan saat ini ditambang di Amerika Serikat (AS), Chile dan Australia.

2. Listrik

Halaman:


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com