Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OJK: Inklusi Keuangan Solusi Tangani Kemiskinan dan Pengangguran

Kompas.com - 14/02/2018, 16:42 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia saat ini merupakan ekonomi terbesar ke-16 di dunia. Diperkirakan pada tahun 2030, ekonomi Indonesia akan menduduki peringkat terbesar ke-8 dunia.

Akan tetapi, apabila dilihat dari produk domestik bruto (PDB) per kapita, Indonesia masih berada pada peringkat 112 dunia. Posisi Indonesia tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga, seperti Malaysia yang ada peringkat 68 dan Thailand pada peringkat 84.

"Belum lagi apabila kita melihat tren tingkat pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan yang masih menjadi pekerjaan rumah," kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso di Jakarta, Rabu (14/2/2018).

Untuk menangani semua masalah tersebut sebut Wimboh, solusinya adalah dengan inklusi keuangan. Bank Dunia menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat inklusi keuangan masyarakat, maka mereka akan membuat keputusan pengelolaan keuangan yang tepat.

Baca juga: Di Hadapan Ratu Belanda, OJK Pamer Program Inklusi Keuangan

Selain itu, keputusan penggunaan produk dan layanan keuangan juga tepat. Pada akhirnya, ini akan menopang perkembangan sektor keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara lebih luas.

Studi yang dilakukan Bank Dunia juga menegaskan, peningkatan inklusi keuangan sebesar 1 persen dapat mendorong pertumbuhan PDB per kapita sebesar sekitar 0,03 persen.

Dengan peningkatan 20 persen dalam tingkat inklusi keuangan suatu negara, maka akan ada penciptaan tambahan 1,7 juta pekerjaan baru. Wimboh mengungkapkan, ini menegaskan bagaimana peningkatan inklusi keuangan terbukti akan dapat mendorong upaya penurunan tingkat kemiskinan dan mempersempit ketimpangan.

"Oleh karena itu, upaya peningkatan inklusi keuangan masyarakat tidak dapat dipandang sebelah mata, tetapi harus menjadi perhatian kita semua," jelas Wimboh.

Ia pun menyoroti adanya kebutuhan akan program inklusi keuangan yang lebih efektif dan efisien. Ini berdasarkan fakta bahwa ada puluhan juta masyarakat Indonesia tak bisa mengakses layanan keuangan, baik karena faktor penyebaran jaringan lembaga jasa keuangan formal yang tidak merata.

Di samping itu, ada juga kendala struktur geografis dan populasi yang tidaktersebar, ketiadaan agunan dan literasi keuangan yang rendah. Selain itu, sebagian besar mereka adalah masyarakat berpenghasilan rendah.

"Terbatasnya akses keuangan formal bagi masyarakat telah banyak dimanfaatkan oleh para rentenir dengan menyediakan dana yang memiliki tingkat bunga sangat tinggi," ungkap Wimboh.

Belum lagi ada pula tawaran-tawaran investasi ilegal yang menjerumuskan masyarakat. Kondisi ini menjerat mereka makin dalam ke jurang kemiskinan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Perdagangan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Perdagangan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com