Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LPS: Akselerasi Penyaluran Kredit Baru Terjadi Akhir Kuartal I 2018

Kompas.com - 21/02/2018, 18:09 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam laporan Indikator Likuiditas menyatakan, pertumbuhan kredit bank umum mengalami penurunan ke 7,47 persen secara tahunan (yoy) pada bulan November 2017 lalu. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,18 persen (yoy).

Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada November 2017 masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit. Pada periode tersebut, pertumbuhan DPK tercatat sebesar 9,83 persen (yoy).

Meskipun demikian, angka pertumbuhan DPK pada bulan November 2017 tersebut pun masih lebih rendah dibandingkan realisasi pada bulan sebelumnya. Pada Oktober 2017, pertumbuhan DPK tercatat sebesar 10,95 persen (yoy).

"Dengan demikian, rasio kredit terhadap simpanan (LDR) perbankan sedikit mengalami kenaikan dari 88,34 persen menjadi 88,57 persen," ujar LPS dalam laporannya, Rabu (21/2/2018).

Baca juga: Sri Mulyani Ganti Sistem Belanja Kementerian/Lembaga, Kini Pakai Kartu Kredit

LPS memprediksi, akselerasi penyaluran kredit baru akan terjadi pada akhir kuartal I 2018. Selain itu, pertumbuhan DPK diproyeksikan masih akan cukup tinggi, sejalan dengan akumulasi dana yang dilakukan nasabah korporasi mempertimbangkan sentimen menahan ekspansi di tahun politik.

"Kendati demikian, secara agregat, pada akhir tahun LDR perbankan diperkirakan akan berada di atas 90 persen," tulis LPS.

Adapun tren penurunan suku bunga deposito saat ini diproyeksikan masih dapat berlanjut, mempertimbangkan kondisi likuiditas yang masih memadai dan penyaluran kredit yang juga masih rendah.

"Meski demikian ruang penurunan akan semakin terbatas di tengah laju inflasi serta arah kebijakan moneter yang lebih stabil," ujar LPS. Respons penurunan antar kelompok bank cukup berbeda, khususnya pada kelompok bank kecil, sehingga berpotensi menimbulkan risiko likuditas jika penurunan suku bunga ini terus berlangsung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com