JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah kasus yang menimpa Renaldy Bosito Martin membuat kita semua terkejut, sebab bank bisa dengan mudahnya "kecolongan" dan memberikan kredit dua mobil yakni CRV dan Yaris kepada pemalsu identitas Renaldy. Bank tersebut adalah Bank Sinar Mas.
Renaldy baru tahu identitasnya telah dipalsukan dan disalahgunakan saat si pemalsu hendak membeli mobil yang ketiga, Toyota Fortuner.
Berdasarkan cerita korban, ada pihak lain yang menggunakan nama, tanggal lahir yang sama dengannya dengan KTP dan NPWP-nya, tetapi identitas istri berbeda. Inilah yang memantik kecurigaan pihak bank.
Baca juga : Pria Ini Palsukan Identitas Orang Lain buat Kredit Mobil CRV dan Yaris
Tampaknya, penggunaan kartu tanda penduduk (KTP) elektronik atau e-KTP belum menghilangkan praktik pemalsuan identitas.
Salah satu temuan Polri, pemalsuan KTP dilakukan oleh sindikat pembobol anjungan tunai mandiri (ATM). Dari kasus pembobolan ATM tersebut, satu pelaku bisa punya 100 e-KTP.
Sampai saat ini ada 20 juta masyarakat yang belum mau datang untuk mengurus e-KTP. Hal itu membuat data kependudukan mereka belum terekam.
Di sisi lain, yang sudah terekam dengan baik datanya pun bisa dipalsu pihak lain untuk dijadikan alat pengajuan kredit, seperti pada kasus Renaldy.
Baca juga : Polisi Selidiki Kasus Pemalsuan Identitas untuk Kredit CRV dan Yaris
Dua hal yang patut kita pelajari yakni, bahwa memang saat ini banyak institusi yang meminta data KTP dan NPWP yang datanya bisa saja bocor atau dimanfaatkan pihak lain yang berniat jahat. Kita bisa saja menjadi korban berikutnya.
Kedua, dari institusi perbankan juga memiliki analis kredit yang kurang teliti sehingga data palsu bisa lolos dari pertimbangan.
Selain berita pemalsuan identitas, berita mengenai pelemahan rupiah yang sudah mencapai Rp 13.800 juga disorot pembaca kanal ekonomi Kompas.com. BI pun menilai pelemahan tersebut sudah berlebihan.
Baca juga : Pelemahan Rupiah, Apa Dampaknya bagi Bank?
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.