Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Gara-gara Si Imut, Beginilah Nasib Nanik Kini

Kompas.com - 08/05/2018, 15:53 WIB
Josephus Primus

Penulis


MAGETAN, KOMPAS.com - Tersenyum semringah, Nanik, begitu perempuan berhijab motif kembang mawar, mengisahkan pengalamannya kepada Kompas.com pada siang nan terik di Lapangan Desa Cepoko, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur.

Kala itu, Kementerian Pertanian dan Pemerintah Kabupaten Magetan, serta Pemerintah Provinsi Jawa Timur menghelat Panen Pedet atau anak sapi sebagai bagian dari program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab).

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Bupati Magetan Sumantri, hadir dalam kesempatan itu.

"Saya senang sama kelinci karena imut, lucu," kata perempuan bernama komplet Hernanik itu mengenang kali pertama dirinya mengenal budidaya kelinci pada 2013.

Awalnya, Nanik membeli sepasang kelinci jenis lokal dari pasar Desa Kinandang, tempat tinggalnya yang masuk dalam wilayah Kecamatan Bendo, Magetan.

Dua ekor kelinci itu menjadi hewan peliharaannya sebagai hiburan. Setiap hari, Nanik memberi makan.

Nanik juga memasukkan hewan herbivora itu ke kandang. "Pokoknya untuk hiburan," tuturnya.

Waktu terus berjalan dan Nanik masih belum paham ihwal memelihara kelinci. "Saya jatuh bangun memelihara kelinci peliharaan, karena (kelinci) sering mati," katanya.

Menurut Nanik, pemelihara kelinci mesti paham betul, antara lain, soal nutrisi makanan kelinci. Setidaknya, pantang memberi makan terlalu banyak pada kelinci.

"Malam saya beri makan. Lahap sekali makannya. Tapi, paginya mati," katanya.

Catatan pada laman kelincipedia.com menunjukkan bahwa pemeliharaan kelinci memerlukan berbagai perhatian. Selain nutrisi, pemeliharaan kelinci mesti peduli pada kebersihan kandang.

Tak cuma itu, yang harus dilakukan adalah menjaga suhu kandang tetap sejuk. Lantas, kecukupan pasokan air minum bagi kelinci juga penting diperhatikan.

Berbalik arah

Tanpa sungkan, lanjut Nanik, dirinya terus belajar untuk memelihara kelinci dengan benar. Tak berhenti di situ, ibu dua anak ini pun menelusuri lika-liku bisnis beternak kelinci.

Dari pengalamannya, beternak kelinci peliharaan tak menguntung. "Saya kok menjual kelinci peliharaan dengan harga murah tapi bibitnya saya beli mahal," ucap Nanik.

Nanik mengisahkan, saat itu, dirinya harus datang ke pasar untuk menjual hasil ternaknya tersebut. Harga kelinci anakan per ekor ada di kisaran Rp 12.500 sampai Rp 15.000.

Harga itu, rupanya, tak pas dengan hitung-hitungannya untuk pembelian pakan, ongkos pemeliharaan, dan sebagainya. Sementara, masa panen rerata baru bisa dipetik per lima enam bulan sekali.

Alhasil, Nanik berbalik arah. Bersama dengan komunitas peternak Makmur Sejahtera, dia memilih beternak kelinci pedaging sejak 2015.

Kebetulan, jenis kelinci peliharaannya selama ini, antara lain new zealand white, maupun rex asal Perancis, serta jenis dutch bisa dijadikan kelinci pedaging pula.

Dari kelinci pedaging, Nanik mendapat hitung-hitungan yang terbilang pas. Kisarannya seperti ini.

Bobot ideal kelinci pedaging agar bisa dijual rata-rata 2 kilogram ke atas. "Jenis new zealand white harganya bisa Rp 33.000 per kilogran," ujarnya sembari menambahkan bahwa jenis rex, banderolnya bisa menyentuh angka Rp 35.000 per kilogram.

Soal pemasaran, tambah Nanik, kelinci pedaging terbukti lebih punya masa depan cerah. "Banyak yang butuh daging kelinci. Jadi, pembeli mengebel saya, datang, dan beli kelinci," ujar Nanik yang kini tak perlu lagi bersusah payah datang ke pasar.

Gara-gara beternak kelinci pedaging, lanjut Nanik, pundi-pundi rumah tangganya bisa terisi di kisaran Rp 500.000 lebih per bulan. "Bisa buat bantu keuangan keluarga juga sih dengan beternak kelinci ini," tuturnya.

Sekarang, Nanik tengah memelihara 50 ekor lebih kelinci. Senyumnya tambah semringah kini karena pengetahuan dari A hingga Z tentang budidaya kelinci pedaging termasuk pemasaran, kian banyak dipahaminya.

Permintaan

Sementara itu, Bupati Sumantri dalam sambutannya di hadapan Menteri Amran Sulaiman meminta agar pemerintah memberi perhatian lebih pada budidaya kelinci di Magetan.

"Kelinci sumber protein hewani alternatif di sini selain dari sapi," ujarnya.

Lebih lanjut, catatan data yang didapat Kompas.com sebagaimana disampaikan dalam kesempatan panen pedet di Magetan menunjukkan bahwa dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 ada paket bantuan dalam program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja) berupa kelinci dan kandang.

Sasaran dana APBN itu adalah keluarga miskin di Desa Tanjungsari, Kecamatan Panekan berupa 20 ekor kelinci dan kandang per keluarga. Jumlah paket ada 25.

Kemudian, nilai paket mencapai Rp 10.000.000 per paket. Total nilai mencapai Rp 250.000.000.

Selanjutnya, dari Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Provinsi Jawa Timur, terdapat paket 100 ekor kelinci senilai Rp 300.000 per paket plus pakan Rp 3.000.000 per paket. Total nilai mencapai Rp 99.000.000.

Sasaran bantuan dari APBD Jawa Timur itu menyasar kelompok penerima dari Desa Ngiliran Kecamatan Panekan, Desa Bandar Kecamatan Sukomoro, serta Desa Bangsri Kecamatan Ngariboyo.

Terakhir, dari APBD Kabupaten Magetan, ada paket bernilai total Rp 250.000.000 untuk 5 paket masing-masing bagi Kelurahan Parang Kecamatan Parang, Kelurahan Sarangan Kecamatan Plaosan, Desa Ngancar Kecamatan Plaosan, Desa Ngancar Kecamatan Plaosan, serta Desa Cepoko Kecamatan Panekan.

Bentuk paket dari APBD Kabupaten Magetan itu adalah kelinci, pakan, dan obat-obatan.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com