Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analis: IHSG akan Menguat jika BI Naikkan Suku Bunga Acuan Pekan Ini

Kompas.com - 14/05/2018, 13:02 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada pekan ini pelaku pasar modal akan mencermati kebijakan Bank Indonesia terkait suku bunga acuan (BI 7-Days Repo Rate).

Jika bank sentral mengerek bunga acuan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi terkerek mengikuti penguatan rupiah.

Akhir pekan lalu, IHSG naik 0,83 persen ke level 5.956,83. Sebanyak 251 saham mencatatkan penguatan, 128 saham turun, dan 114 stagnan. Meski pasar menguat, investor asing masih mencatatkan net sell Rp 434 miliar.

Mengutip Kontan.co.id, Senin (14/5/2018), Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang, menilai pasar berekspektasi BI menaikkan bunga acuan.

"Diperkirakan, rupiah menguat dan mendorong IHSG. Tapi, jika suku bunga enggak jadi naik, maka rupiah dan IHSG berpotensi kembali turun," jelas Edwin.

Apabila kenaikan BI rate terwujud, nilai tukar rupiah berpotensi menguat terhadap dollar AS. Dari sini, IHSG akan terdongkrak. Hingga akhir tahun nanti, IHSG berpeluang menanjak ke level 6.500–6.600.

"Tapi jika bunga acuan BI tidak naik dan rupiah semakin tertekan, IHSG bisa ke level 5.485," prediksi Edwin.

Sejauh ini, pasar meyakini BI dalam waktu dekat menaikkan suku bunga acuannya. Soal seberapa kuat dampaknya bagi pasar, maka tergantung pada besaran kenaikan bunga acuan.

"Kalau nendang (berdampak signifikan), ya bisa 50 basis poin (bps). Kalau 25 bps positif, tapi efeknya tidak akan sedahsyat kalau 50 bps" ungkap Edwin.

Selain sentimen kenaikan suku bunga acuan BI, bauran kebijakan bank sentral lainnya juga dapat berdampak positif pada IHSG. Semisal, upaya BI untuk mengontrol jumlah uang yang beredar. "Sementara dari eksternal, kita melihat data-data ekonomi Amerika Serikat," tutur Edwin.

Harga komoditas

Selain rencana kenaikan suku bunga acuan BI, ada sentimen lain yang berpotensi menggerakkan IHSG ke zona hijau selama sepekan ke depan. Salah satunya adalah data makroekonomi domestik, yakni neraca perdagangan yang diperkirakan kembali surplus, menjadi 1,1 miliar dollar AS.

"Apabila datanya di atas ekspektasi, hal itu akan menjadi katalis positif," ungkap analis Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji.

Sentimen tambahan lainnya, menurut Nafan, secara eksternal harga sejumlah komoditas di pasar global mulai membaik dan diharapkan bisa memberikan sentimen positif bagi IHSG. Apalagi, pergerakan bursa secara global dinilai relatif lebih stabil.

Akhir pekan lalu, harga minyak mentah WTI untuk pengiriman Juni 2018 di bursa New York, berada di level 70,70 dollar AS per barel. Angka ini menguat 18 persen dibandingkan harga awal tahun.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com