Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Anjlok, Ini Penyebabnya...

Kompas.com - 18/06/2018, 17:24 WIB
Mutia Fauzia,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

TOKYO, KOMPAS.com - Harga minyak dunia anjlok hingga 64 dollar AS per barrel disebabkan potensi perselisihan antara negara-negara produsen minyak dengan Rusia dan Arab Saudi mengenai rencana peningkatan produksi minyak.

Di sisi lain, China dan Amerika Serikat (AS) yang saling bertukar ancaman tarif dagang juga mendorong jatuhnya harga minyak bumi.

Untuk pengiriman Juli 2018, West Texas Intermediate (WIT) diperdagangkan pada harga 63,59 dollar AS per barrel, anjlok 1,47 dollar AS pada New York Mercantile Exchange.

Sementara di Tokyo untuk Senin (18/6/2018) pukul 11.34 waktu Tokyo, WIT diperdagangkan pada harga 63,77 dollar AS per barrel, harga ini lebih rendah 1,83 barel dibandingkan hari Jumat lalu.

(Baca: Iran: 3 Anggota OPEC Akan Tolak Peningkatan Pasokan Minyak)

Adapun harga kontrak berjangka Brent untuk pengiriman Agustus 2018 mendatang turun 99 sen menjadi 72,45 dollar AS per barrel di Ice Futures Europe Exchange, London.

Iran mengatakan, Venezuela dan Irak akan bergabung untuk menolak rencana Arab Saudi dan Rusia untuk meningkatkan produksi minyak pada pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) dan produsen minyak lain di Wina, Austria minggu ini.

China pun berencana untuk memberlakukan tarif untuk beberapa produk AS, termasuk minyak bumi dan bensin, sebagai respon pemberlakukan tarif impor produk China yang bernilai 50 miliar dollar AS.

Harga minyak bumi telah anjlok hingga 10 persen setelah sempat menyentuh titik tertingginya pada Mei lalu, di tengah tanda-tanda Arab Saudi dan Rusia akan meningkatkan kembali produksi minyak.

(Baca: Rusia dan Arab Saudi Bahan Minyak di Sela Pertandingan Piala Dunia)

Sebelumnya, OPEC dan negara produsen minyak lain memutuskan untuk memotong produksi minyak mereka untuk menghentikan surplus produksi minyak dan mendorong harga minyak bumi lebih tinggi.

Selain itu, pasar juga masih mencerna dampak dari pemberlakukan tarif baik oleh Amerika Serikat maupun China terhadap beberapa produk impor mereka, juga dampak yang muncul apabila perang dagang terjadi dalam skala yang lebih luas.

"Harga minyak turun sebagai rekasi adanya peningkatan kemungkinan perang dagang antara AS dan China, serta peningkatan produksi oleh OPEC dapat menghancurkan keseimbangan penawaran dan permintaan," ujar Chief Economist Japan Oil, Gas, and Metals National Takayuki Nogami, dikutip melalui Bloomberg.

"Apabila AS dan China terus saling membalas (memberlakukan tarif), serta Arab Saudi dan Rusia terus memberikan sinyal untuk meningkatkan produksi, maka akan semakin membebani harga minyak dunia," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Whats New
Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com