"China akan terus mengalami pertumbuhan yang sama seperti di masa lalu dan ini akan berarti bahwa selama lima tahun ke depan, akan ada lebih banyak kekayaan yang diciptakan di China daripada di AS," ujar Zakrzewski.
(Baca: Kota-kota Asia Ini Punya Miliarder Lebih Banyak Ketimbang New York)
Dirinya menambahkan, jumlah orang kaya di China akan terus bertambah, bahkan diprediksi akan bertumbuh kali lebih cepat dibandingkan dengan AS.
Tanpa dorongan dari melemahnya dollar terhadap beberapa mata uang utama di seluruh dunia, peningkatan jumlah kekayaan pribadi di seluruh dunia hanya akan mencapai 7 persen.
Kekayaan juga terpusat di Hongkong. Seseorang dengan jumlah kekayaan lebih dari 20 juta dollar AS memiliki 47 persen dari keseluruhan kekayaan yang dapat diinvestasikan.
Uang dalam dana investasi dan saham yang diperdagangkan secara publik menjadi aset yang meningkat cukup pesat, sementara obligasi menjadi satu-satunya jenis aset dengan pertumbuhan negatif pada 2017 lalu, yaitu turun hingga 7 persen.
Orang kaya di Eropa dan Timur Tengah
Saat ini, negara-negara yang paling diuntungkan oleh kondisi pelemahan dollar AS ini adalah wilayah Eropa Barat.
Sementara, di wilayah Eropa Timur dan Asia Tengah, miliarder memegang hampir seperempat aset yang dapat diinvestasikan.
Indeks Bloomberg Billionaires menunjukkan, 28 orang Eropa Timur memiliki total kekayaan bersih mencapai 294 miliar dollar AS.
Timur Tengah menjadi wilayah dengan pembagian jumlah aset kekayaan terbesar, yaitu 3,1 triliun dollar AS dari keseluruhan jumlah aset senilai 3,8 triliun dollar AS.
(Baca: Forbes Tendang Saudi dari Daftar, Siapa Orang Terkaya Negara Arab?)
Sementara penduduk Eropa Barat memegang 56 persen aset dalam bentuk mata uang dan deposit, di Amerika Selatan sebagian besar berinvestasi dalam bentuk saham dan dana investasi, dengan 62 persen dari 47 triliun dollar AS dana yang dapat diinvestasikan tertanam dalam kedua jenis aset tersebut.
Jika pertumbuhan kekayaan pribadi terus berlanjut dalam beberapa tahun terakhir, Boston Consulting memroyeksi tingkat pertumbuhan gabungan mencapai 7 persen sejak 2017 hingga 2022.
Namun, peristiwa-peristiwa yang belakangan terjadi, seperti volatillitas pasar saham serta ketidakpastian kondisi geopolitik dapat meruntuhkan angka tersebut hingga 4 persen.
Jika dibayangkan dengan skenario terburuk seperti krisis ekonomi besar-besaran, mungkin pertumbuhan tingkat kekayaan global gabungan hanya ada di kisaran 1 persen selama 5 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.