Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/06/2018, 09:02 WIB
Josephus Primus,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Vincent Lim Cheng Chye tak menampik bahwa kebiasaan minum kopi warga Singapura di kedai-kedai kopi memang lekat dengan kolonialisme Inggris pada sekitar 1940-an.

"Kedai kopi itu kan tempat berkumpul warga Singapura yang melepaskan kepenatan kerja sambil minum secangkir kopi," tutur pria paruh baya warga Singapura menjawab pertanyaan Kompas.com pada Jumat (22/6/2018).

Kedai kopi warisan kolonialisme itu juga menghadirkan nuansa nyaman dan kekeluargaan.

"Ada konsep home di kedai kopi," imbuhnya.

(Baca: Singapura Hadirkan 80 Cangkir Kopi Termahal di Dunia, Berapa Harganya?)

Sepengetahuan Vincent, pada masa itu, kopi robusta paling banyak dipakai sebagai bahan dasar pembuatan minuman kopi.

Uniknya, agar rasa kopi menjadi lebih pas di lidah, bubuk kopi robusta dicampur pula dengan bubuk kopi arabika dan liberika.

"Hasilnya adalah kopi dengan cita rasa unik," tutur Presiden Direktur Bread Talk Group (BTG)-Pura Indah Berkat Venture ini menjelaskan asal muasal Kopi Nanyang yang diklaim sohor di kalangan warga Singapura hingga kini.

Ilustrasi kopi papuaKOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Ilustrasi kopi papua

Sementara itu, Komisaris BTG-Pura Indah Berkat Venture Handrio Arinto Budhi menambahkan, kebanyakan warga Singapura menyukai secangkir Kopi Nanyang dengan tambahan gula pasir, karamel, susu kental manis, serta susu evaporasi alias susu sapi yang 60 persen kadar airnya dihilangkan dari susu segar.

"Kopinya manis dihidangkan panas," katanya.

Penuturan Vincent dan Handrio menjadi bagian dari maraknya bisnis kedai kopi di Singapura dan negara-negara tetangganya.

Kelas menengah Indonesia

Menurut Vincent, BTG mengembangkan ekspansi bisnisnya ke Indonesia dengan mengusung nama Toast Box.

Gerai pertama Toast Box di Indonesia dibuka sejak setahun silam di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.

"Rencananya dalam tahun ini, kami akan membuka tiga hingga lima gerai lagi," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com