Selain itu, kata Enggar, faktor cuaca ekstrem juga menyebabkan kenaikan harga telur dan daging ayam. Sebab, akibat cuaca ekstrem tingkat produktivitas para peternak ayam menurun.
"Kami sepakat mengurangi kadar obat-obatan supaya lebih sehat, tapi lebih berisiko, risikonya tingkat kematian dan produktivitas. Ada cuaca ekstrem bisa kita saksikan di Dieng ada salju," kata Enggar.
Enggar mengungkapkan, kenaikan telur dan daging ayam tersebut terjadi sejak H-7 Lebaran 2018. Namun, pada tahun sebelumnya, sesudah Lebaran haga akan kembali normal.
"Biasanya sesudah itu harga akan turun. Tapi terjadi anomali kenaikan harga. Nah faktor ini lah yang terakumulasi sehingga pasokan dan pendistribusian ini secara relatif terganggu. Dari gangguan ini ada potensi menikmati margin keuntungan dari pedagang," ucap dia.
Enggar pun mengakui kenaikan harga komoditas tersebut juga dipengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
"Mengenai dollar itu berdampak ke pakannya dan juga proyeksi atas DOC-nya. Itu ada kenaikan, tapi tidak besar," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.