Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namu, Bangun Ekosistem Perajin dengan Olahan Limbah

Kompas.com - 29/07/2018, 21:09 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Berawal dari kegemarannya jalan-jalan dengan istri, Ery Seprizal (35) merintis sebuah usaha yang memanfaatkan limbah dari industri kerajinan.

Ery dengan mengusung merek Namu, merupakan salah satu peserta yang mendaftar ke kompetisi pencarian pelaku UMKM lokal yang mengusung produk kreatif dan unik, The Big Start Indonesia Season 3, dimotori oleh Blibli.com.

Ketika menceritakan tentang bahan baku yang dipakai untuk membuat produk, Ery menegaskan bahwa limbah yang dimaksud adalah bahan yang tidak dipakai atau yang biasanya dibuang setelah proses produksi. Bahan yang paling mudah didapat adalah kayu dari industri furnitur.

Ery menceritakan, tahun 2016 silam dia dan istrinya berkunjung ke berbagai tempat dalam rangka jalan-jalan. Selama perjalanannya, Ery menemukan banyak perajin bekerja di daerah yang pelosok hanya berdasarkan pesanan klien, dengan model dan desain yang dinilai sudah umum.

Baca juga: Kisah Ahmad Mu?tamir, Petani Kentang dengan Omzet Ratusan Juta Rupiah

Dari sana, Ery terpikir untuk berkreasi dengan modal limbah hasil produksi kerajinan mereka. Dia bahkan rela mengeluarkan uang terlebih dahulu untuk mendapatkan bahan baku dari perajin. Ery kemudian berkreasi dengan bahan baku yang dibelinya tersebut dan kembali lagi ke perajin untuk memperlihatkan apa yang bisa dilakukan dari limbah kayu.

"Basic ilmu saya di kesenian, sering respons benda jadi karya. Kami juga memperhitungkan limbahnya apa, nanti saya bikin prototipe, saya balikin ke mereka. Sanggup apa enggak," kata Ery saat berbincang dengan Kompas.com di Stadion Mandala Krida, Jumat (27/7/2018).

Jika perajin tersebut menyanggupi, Ery akan lihat hasilnya lalu diputuskan apakah akan dipasarkan atau perlu disempurnakan dulu sebelum dijual. Semua produk yang dibuat perajin dari bahan limbah itu dibeli oleh Ery dengan harga tertentu, kemudian dijual lagi olehnya dengan menyematkan brand bernama Namu.

"Saya sama istri sukanya jalan-jalan. Bikin usaha dari sering bertamu, disederhanakan jadi namu," tutur Ery.

Sejumlah produk hasil olahan limbah dengan brand bernama Namu, dipamerkan dalam acara The Big Start Indonesia Season 3 di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, Jumat (27/7/2018). Pemilik Namu, Ery Seprizal (35), membangun usahanya dengan membentuk ekosistem para perajin yang punya visi memanfaatkan limbah jadi barang dengan nilai jual tinggi.KOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA Sejumlah produk hasil olahan limbah dengan brand bernama Namu, dipamerkan dalam acara The Big Start Indonesia Season 3 di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, Jumat (27/7/2018). Pemilik Namu, Ery Seprizal (35), membangun usahanya dengan membentuk ekosistem para perajin yang punya visi memanfaatkan limbah jadi barang dengan nilai jual tinggi.

Modal limbah dan Rp 2,5 juta

Karena sangat bergantung pada limbah hasil produksi di industri kerajinan, awal membangun usahanya Ery tidak mengeluarkan terlalu banyak uang. Dari total modal awal, belanja paling banyak justru untuk bepergian ke berbagai tempat menemui perajin yang memiliki visi dan misi sama dengan Ery, terutama dalam hal zero waste.

"Modal awal kisaran di bawah Rp 2,5 juta. Itu terpakai tidak sampai 50 persen untuk produk, terpakainya lebih untuk membangun relasi," ujar Ery.

Dari limbah, Ery banyak membuat produk aksesori seperti kalung, gelang, hingga anting. Salah satu yang favorit adalah kalung dengan liontin olahan limbah kayu yang dicampur dengan fiber, menghasilkan warna dan bentuk yang hanya satu-satunya.

Produk Namu memang tidak ada yang sama, karena perajin yang mengerjakan diberi kebebasan untuk berkreasi. Jika ada yang mirip, Ery memastikannya sebagai kebetulan semata.

Baca juga: Sempat Dilarang Berbisnis, Pemuda Ini Raih Omzet Ratusan Juta dari Celana Jeans

Selain menggunakan limbah kayu, Ery juga masih mengembangkan produk berbahan dasar limbah lain, salah satunya kerang yang dibuat jadi pajangan topeng. Saat ini, dia bersama para perajin rekanannya tengah mengembangkan produk dari olahan plastik yang dicairkan.

"(produk) Namu mayoritas aksesori, kalung, anting, gelang, kecuali cincin. Turunannya bisa main ke interior. Rentang harga produk dari Rp 50.000 sampai Rp 2,5 juta," kata dia.

Sejumlah produk hasil olahan limbah dengan brand bernama Namu, dipamerkan dalam acara The Big Start Indonesia Season 3 di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, Jumat (27/7/2018). Pemilik Namu, Ery Seprizal (35), membangun usahanya dengan membentuk ekosistem para perajin yang punya visi memanfaatkan limbah jadi barang dengan nilai jual tinggi.KOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA Sejumlah produk hasil olahan limbah dengan brand bernama Namu, dipamerkan dalam acara The Big Start Indonesia Season 3 di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, Jumat (27/7/2018). Pemilik Namu, Ery Seprizal (35), membangun usahanya dengan membentuk ekosistem para perajin yang punya visi memanfaatkan limbah jadi barang dengan nilai jual tinggi.
Sampai saat ini, Ery sudah bermitra dengan perajin di Yogyakarta hingga di daerah Jawa Timur. Dari pengalamannya selama ini, kapasitas produksi yang paling maksimal pernah dicapai adalah 1.500 produk aksesori dalam waktu 10 hari.

Ery mengaku bahwa omzet per bulan yang dia dapatkan belum terlalu besar, antara Rp 1 sampai 3 juta. Meski begitu, Ery tetap fokus dengan caranya menjaring para perajin untuk memanfaatkan limbah karena dia tahu potensi perajin di Indonesia yang belum sepenuhnya disadari oleh mereka.

"Di kita banyak industri kecil sekarang ekspor, tapi banyak juga yang kekurangan modal. Mereka ini punya potensi, mengolah bahan dari sisa-sisa industri yang sudah mapan," tutur Ery.

Ke depan, Ery akan menjajaki penjualan produknya melalui platform secara online. Kendala yang masih ditangani oleh Namu adalah dalam hal coding untuk membuat katalog, karena produk yang dihasilkan masing-masing unik dan tidak ada duanya, sementara setiap hari selalu ada produksi barang baru yang membuat database perlu diperbarui terus.

Baca juga: Indonesia Mulai Bangun Jalan Aspal dengan Limbah Plastik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com