Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Bank Ini Paling Rentan Terpapar Krisis Turki

Kompas.com - 16/08/2018, 06:06 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

MILAN, KOMPAS.com - Krisis mata uang Turki menimbulkan ancaman bagi bank-bank Eropa yang memiliki eksposur bisnis di negara tersebut. Kurs lira yang jatuh bakal menekan kinerja bank-bank tersebut.

Mengutip Reuters, di antara bank-bank Eropa, ada lima bank yang paling rentan terpapar saat mata uang Turki jatuh bebas.  Kelima bank tersebut yakni  BBVA (Spanyol), UniCredit (Italia), BNP Paribas dari Prancis, bank asal Belanda ING, serta HSBC, bank dari Inggris.

Analis melihat dalam skenario terburuk - yang mereka anggap tidak mungkin untuk saat ini -, bank-bank tersebut akan terpaksa menghapus sepenuhnya operasi lokal mereka atau keluar dari Turki.

Tetapi masalah Turki telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor bahwa gejolak pasar keuangan bakal menyebar ke negara-negara berkembang lain atau bahkan ke Italia, yang sedang menghadapi keputusan kunci atas anggaran dan peringkat kredit.

Baca juga: Sebabkan Kurs dan Saham Asia Anjlok, Apa yang Terjadi di Turki?

Berikut ringkasan dari eksposur lima bank di Turki dan perkiraan analis soal kemungkinan dampak krisis Turki:

1. BBVA
Institusi keuangan asal Spanyol ini menguasai 49,9 persen saham di bank Turki, Garanti Bank, setelah menaikkan kepemilikannya pada Februari tahun lalu. Garanti Bank  memiliki nilai buku 4,4 miliar euro atau setara 5 miliar dollar AS untuk BBVA, dan memiliki aset senilai 84 miliar dollar AS per 30 Juni 2018

Garanti Bank menyumbang sekitar 13 persen laba grup BBVA. Deutsche Bank memperkirakan dari skenario paling buruk krisis Turki,  akan menghapus sekitar 12 persen ekuitas grup BBVA.

Analis di JPMorgan Cazenove pada Jumat pekan lalu, memangkas estimasi laba  per saham (EPS) tahun 2019-2020 untuk BBVA sekitar 6 persen. Ini setelah memperhitungkan pelemahan lebih lanjut lira dan meningkatnya kerugian kredit bagi perbankan Turki di tengah pertumbuhan yang lebih lambat.

BBVA mengaku  merasa nyaman dengan kepemilikan sahamnya di Garanti Bank. BBVA juga merasa memiliki pengalaman hebat dalam mengelola bisnis di negara-negara berkembang yang bergejolak dengan skema yang membuat setiap unit sepenuhnya bertanggung jawab atas modal sendiri dan manajemen likuiditasnya. Skema ini untuk mencegah transfer likuiditas dari perusahaan induk ke anak perusahaan grup tersebut.

BBVA juga mempertahankan kebijakan lindung nilai mata uang yang hati-hati untuk menekan volatilitas rasio modal inti grup dan membatasi dampak apa pun pada laba. Hitungan BBVA,  setiap penurunan 10 persen lira akan memangkas 2 basis poin dari rasio modal inti BBVA.

2. UNICREDIT
Bank terbesar di Italia ini memiliki sekitar 40 persen saham Yapi Kredi, bank terbesar keempat Turki, melalui perusahaan patungan lokal.

Deutsche Bank memperkirakan, dalam skenario terburuk krisis Turki akan menurunkan 4 persen ekuitas UniCredit. Namun, analis JPMorgan Cazenove justru melihat peningkatan 59 basis poin modal inti UniCredit dalam hal penghapusan utang berkat kebijakan aset tertimbang menurut risiko (ATMR) yang lebih rendah.

Broker memotong perkiraan EPS tahun 2019/2020 untuk UniCredit sekitar 3 persen karena efek situasi Turki.

Seorang juru bicara  UniCredit mengatakan, merujuk pada laporan keuangan semester I 2018, Yapi Kredi menyumbang 2 persen pendapatan grup. Setiap penurunan 10 persen lira akan memotong 2 basis poin rasio modal inti.

3. ING
Bank asal Belanda memiliki anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki di negara ini, ING Turki. Analis Deutsche Bank memperkirakan, dalam skenario terburuk akan memukul 4 persen nilai buku ING karena hilangnya ekuitas serta pendanaan intra-grup.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com