Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkuat Rupiah, Pemerintah Jangan Hanya Andalkan Kenaikan Suku Bunga Acuan

Kompas.com - 04/09/2018, 21:07 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Rupiah kembali melemah di kisaran Rp 14.968 pada hari ini, Selasa (4/9/2018). Hal ini menandakan bahwa kebijakan moneter seperti penyesuaian BI 7 Day Repo Rate tidak cukup untuk menahan pelemahan rupiah terhadap dollar AS.

Sejauh ini, tindakan penguatan kebijakan dengan melakukan pengawasan terhadap spekulan pasar uang dan memprioritaskan belanja infrastruktur negara yang dilakukan pemerintah belum memberikan dampak yang signifikan

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengatakan, hal ini patut diapresiasi. Namun dirasa belum cukup untuk menahan pelemahan tersebut mengingat tindakan yang dilakukan masih dalam ranah intervensi pasar keuangan dan penghematan anggaran.

Dalam rangka menjamin nilai tukar rupiah yang lebih kuat kedepannya, diperlukan kebijakan yang dapat memperkuat pondasi perekonomian dalam jangka panjang, namun manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka lebih pendek.

Baca juga: Pemerintah Pantau Spekulan yang Manfaatkan Pelemahan Rupiah

Menurut dia, pemerintah perlu mempertimbangkan opsi penerimaan devisa melalui sektor pariwisata. Dari segi infrastrutkur, Indonesia dinilai telah memiliki fasilitas yang lebih baik mengingat telah dicanangkannya proyek-proyek infrastruktur di tahun-tahun sebelumnya.

"Potensi kunjungan wisman pun menunjukkan tren positif dimana pertumbuhan kunjungan wisman di wilayah Asia Pasifik tumbuh sebesar 8 persen (UNWTO), jauh diatas pertumbuhan ekonomi dunia yang sedang lesu dengan ekspektasi pertumbuhan 3,2 persen pada 2018 ini,” terang Ilman.

Selain itu, dalam jangka menengah pemerintah bisa mempermudah alur investasi dan juga meningkatkan daya tarik investasi dengan meningkatkan capaian Indonesia dalam Ease of Doing Business (EODB) Ranking yang dirilis oleh World Bank.

Baca juga: BI: Tahun Depan, Tekanan ke Nilai Tukar Rupiah Akan Berkurang

Walaupun Indonesia telah berhasil melompat sebesar 19 peringkat dari 2017-2018, Ilman mengingatkan bahwa Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yaitu meningkatkan peringkat dalam indikator "Memulai Bisnis - Starting a Business" yang masih berada di peringkat 144.

Untuk meningkatkan capaian dalam indikator tersebut, pemerintah perlu mengambil langkah untuk mengurangi jumlah prosedur yang harus ditempuh dan juga menekan waktu, biaya dan minimum modal yang disyaratkan untuk memulai bisnis.

”Walaupun kebijakan ini mungkin tidak akan langsung dirasakan manfaatnya, mengingat perekonomian dunia masih lesu, namun Indonesia dapat meningkatkan keunggulan komparatifnya di masa mendatang dalam hal investasi. Hal ini berpotensi mendatangkan investasi dalam jumlah besar apabila perbaikan capaian EODB dilakukan saat ini,” urainya.

Tidak perlu khawatir

Ilman mengatakan, sebaiknya masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan dalam menanggapi pelemahan nilai tukar rupiah.

Baca juga: Pelemahan Rupiah Diyakini Tak Pengaruhi Daya Beli Masyarakat

 

Hal ini karena pemerintah telah cukup responsif dan cekatan dalam menahan kebijakan pelemahan rupiah dengan kebijakan-kebijakan yang telah disebutkan di awal (pengawasan spekulator dan prioritas pembangunan).

Walau rupiah terdepresiasi sebesar +-7 persen, depresiasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan negara dengan perekonomian serupa seperti rupee India (-9,70  persen), rand Afrika Selatan (-15,98  persen), dan real Brasil (-20,26 persen).

Kondisi Rupiah saat ini masih cukup kuat sehingga dalam waktu dekat tidak akan mengalami resesi seperti yang dialami oleh Turki dan Argentina saat ini.

Kompas TV Dicontohkan oleh JK misalnya mengurangi produk-produk mewah masuk ke dalam negeri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com