JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus mendorong ekspor produk BUMN yang bergerak di bidang industri strategis.
Hal tersebut dilakukan sebagai upaya memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. BUMN industri strategis yang tahun ini mengekspor produknya yakni PT Pindad (Persero), PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Industri Kereta Api (Persero), PT Barata Indonesia (Persero), dan PT Dirgantara Indonesia (Persero).
Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan, komitmen tersebut akan dijaga demi mendukung penguatan rupiah.
"Di sisi lain, ini menjadi kebanggaan bagaimana produk BUMN diakui oleh dunia," kata Fajar melalui keterangan tertulis, Jumat (7/9/2018).
Baca juga: Rupiah Melemah, PT DI Akan Negosiasi Harga dengan Pembeli
Tahun ini, Pindad memproyeksikan dapat mengekspor produk senjata, amunisi, dan kendaraan tempur ke Thailand, Brunei, Myanmar, Korea Selatan, Perancis. Produk tersebut juga dipasok untuk mendukung misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Adapun nilai yang ditargetkan dalam ekspor ini mencapai Rp 78 Miliar.
Sementara PT INKA telah memiliki kontrak ekspor kereta dengan Filipina dan Bangladesh.
"Nilainya masing-masing mencapai Rp 1,36 triliun dan Rp 126 miliar," kata Fajar.
PT Krakatau Steel menargetkan ekspor baja hot rolled coil ke Malaysia dan Australia tahun ini akan mencapai Rp 907 miliar. Selain itu, Barata Indonesia akan mengekspor komponen perkeretaapian ke Amerika, Afrika dan Australia dengan target nilai mencapai Rp 210 miliar.
PT Dirgantara Indonesia juga berkomitmen menggenjot ekspor dengan mengekspor pesawat terbang jenis NC212i ke Filipina dengan nilai 813 juta Peso Filipina dan CN235 ke Vietnam dengan nilai 18 juta dollar AS.
Sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno meminta perusahaan BUMN untuk menjaga dollar AS di tengah situasi melemahnya nilai rupiah saat ini. BUMN yang melakukan ekspor diminta untuk menambah simpanan dollarnya dengan menggenjot ekspor.
Dollar tersebut bisa mendukung operasional BUMN lainnya. Misalnya, kata Rini, Pertamina masih membutuhkan dollar AS untuk impor bahan baku yang tak tersedia di dalam negeri. Di samping itu, Rini juga meminta agar BUMN menekan angka impor. Jika bahan baku tersebut masih tersedia di dalam negeri, maka berdayakan sumber yang ada.
"Seperti batu bara dan timah, nikel, sawit, ini yang kita jaga supaya bener-benar dollarnya disimpan," kata Rini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.