Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Perang Dagang, Kawasan Asia Tenggara Dibanjiri Investasi

Kompas.com - 23/10/2018, 12:07 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

JAKARTA, KOMPAS.com - Negara-negara kawasan Asia Tenggara mengalami ledakan investasi langsung asing (FDI) seiring dengan semakin meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang mendorong beberapa perusahaan memindahkan basis produksi mereka ke wilayah lain.

Seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (23/10/2018), di Vietnam, aliran dana untuk sektor manufaktur meningkat 18 persen dalam sembilan bulan pertama tahun 2018.

Menurut data Maybank Kim Eng Research Pte. yang dirilis pada Senin, (22/10/2018), hal itu  didorong oleh investasi salah satunya proyek produksi polypropylene senilai 1,2 miliar dollar AS oleh Hyosung Corp Korea Selatan.

Sementara di Thailand, berdasarkan data bank sentral setempat sepanjang Januari hingga Juli, total FDI melonjak hingga 53 persen dibanding tahun sebelumnya menjadi 7,6 miliar dollar AS, dengan arus masuk untuk sektor manufaktur meningkat lima kali lipat.

Baca juga: Imbas Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi China Merosot

Bahkan di Filipina, nilai FDI untuk sektor manufaktur mengalami lonjakan mencapai 861 miliar dollar AS sementara tahun lalu sebesar 144 miliar dollar AS.

"Perang dagang antara AS dan China bisa jadi merupakan daya tarik tersendiri bagi perusahaan untuk berinvestasi di ASEAN untuk menghindari tarif," ujar ekonom Maybank Chua Hak Bin dan Lee Yu Je.

Beberapa sektor seperti produk konsumer, industri, alat dan teknologi telekomunikasi, otomotif dan bahan kimia pun memiliki ketertarikan sendiri terhadap kawasan Asia Tenggara. Namun sayangnya, dalam laporan ini tidak disebutkan apakah Indonesia juga kecipratan berkah dari perdagang dagang AS-China tersebut.

Perang dagang secara tidak langsung memberi keuntungan tersendiri bagi kawasan Asia Tenggara, sebab menjadi basis alternatif bagi perusahaan yang merelokasi produksinya dari China untuk menghindari tarif.

Setidaknya, sepertiga dari sekitar 430 perusahaan Amerika Serikat di China telah atau sedang mempertimbangkan untuk memindahkan lokasi produksi di luar negeri di tengah semakin meningkatnya ketegangan perang dagang.

"Ketegangan perdagangan yang meningkat justru mempercepat tren yang sedang berlangsung, Asia Tenggara berfungsi baik sebagai pasar berkembang yang besar, tempat untuk menetap lantaran biaya produksi yang lebih rendah dan terbukanya perdagangan, sekaligis sumber mitigasi dari risiko geopolitik," kata ekonom senior Natixis Asia Ltd Hong Kong Trinh Nguyen.

Meski demikian kawasan Asia Tenggara sendiri tidak kebal terhadap dampak dari perselisihan perdagangan ini, dalam sebuah laporan bahkan disebutkan perang dagang merupakan faktor yang menyebabkan anjloknya ekspor di Thailand pada bulan September lalu.

Adapun beberapa perusahaan yang dilaporkan akan memindahkan basis produksinya ke kawasan Asia Tenggara antara lain:

1. Harley Davidson memindahkan sebagian proses produksinya ke Thailand.
2. Panasonic menutup pabriknya di AS pada awal 2017 dan memindahkan produksi serta proses ekspor dari Malaysia.
3. Steven Madden, perusahaan sepatu dan aksesoris ini mengumumkan telah memindahkan produksi tasnya dari China ke Kamboja.
4. Kayamatics memiliki 2 pabrik di kawasan China, namun berencana memindahkan lini produksinya ke Kuala Lumpur dan Penang, Malaysia.
5. Delta Electronics yang merupakan komponen dari Apple menawarkan investasi sebesar 2,1 miliar dollar AS pada bulan Julu untuk melakukan ekspansi produksi di Thailand.
6. Merry Electronics sebagai produsen headphone juga berencana memindahkan beberapa pabriknya dari China ke Thailand.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com