Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia: Kelompok Masyarakat Menengah Jadi Penggerak Ekonomi RI

Kompas.com - 12/11/2018, 14:41 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Lead Economist Bank Dunia Vivi Alatas mengatakan, kelompok masyarakat menengah merupakan potensi besar yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi Indoensia.

Menurut dia, menumbuhkan populasi kelas menengah penting untuk mencapai potensi pembangunan yang maksimal dan mendorong status Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi.

Data Bank Dunia mencatat, saat ini sebanyak 22 persen masyarakat Indonesia berada di kelas menengah. Namun, masih ada kelompok sparing middle class sebesar 45 persen.

Posisi kelompok tersebut berada di antara rentan miskin dan menengah. Jika tak dikelola dengan baik, masih berpotensi akan turun menjadi rentan miskin.

"Pemerintah menekankan perlunya kita meningkatkan pertumbuhan di Indoensia. Kelas menengah ini lah motor penggerak pertumbuhan Indonesia," ujar Vivi di Universitas Indonesia, Depok, Senin (12/11/2018).

Baca juga: Bank Dunia: Kelas Menengah Masih Jadi Tulang Punggung Perekonomian Indonesia

Vivi mengatakan, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia cukup cepat. Pada tahun 2002, persentasi kelompok menengah hanya 7 persen.

Kemudian, pada tahun 2017, angkanya naik menjadi 22 persen. Namun, Indonesia maish butuh lebih banyak masyarakat kelompok menengah karena maish ada 45 persen yang pijakan perekonomiannya belum aman.

Vivi mengatakan, ada empat hal yang membuat kelas menengah sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Pertama, kelas menengah merupakan konsumen utama dalam perekonomian.

Data Bank Dunia menyatakan, pada 2017, 44 persen konsumsi berasal dari kelas menengah.

Kedua, kelas menengah berinvestasi pada pendidikan, baik untuk diri sendiri maupun anaknya. Selain itu, kalangan menengah punya literasi digital yang lebih tinggi.

Baca juga: 5 Penyebab Orang Kelas Menengah Sulit Naik Jadi Kelas Atas

Ketiga, pendapatan paling besar didapatkan dari perempuan yang bekerja. Memang angka partisipasi perempuan yang bekerja masih rendah sekitar 50 persen dari populasi perempuan. Maish kalah jika dibandingkan dengan Vietnam yang sudah 70 persen.

"Meski keterlibatan perempuan dalam pekerjaan masih rendah, tapi pekerja dari kelas menengahnya lumayan tinggi 60 persen dan kita mau lebih tinggi lagi," kata Vivi.

Jika mau mendorong peningkatan eklas menengah, kata dia, maka harus mendorong pula partisipasi perempuan dan menurunkan kesenjangan dalam pekerjaan.

Terakhir, kelas menengah juga menciptakan lapangan pekerjaan. Sebanyak 42 persen pemilik usaha yang tadinya bekerja di tempat lain termausk dalam kelas menengah. Padahal, jumlah kelas menengah hanya 22 persen.

"Jiika banyak kelas menengah yang jadi pemilik usaha, maka akan membawa dampak penciptakan lapangan kerja yang naik kelas bagi pekerjaan lain," kata Vivi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com