Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maraknya Koperasi Bodong Bikin Asosiasi Gerah

Kompas.com - 04/12/2018, 19:55 WIB
Murti Ali Lingga,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Asosiasi Koperasi Simpan Pinjam Indonesia (Askopindo) Sahala Panggabean mengaku gerah dengan kondisi semakin maraknya koperasi bodong di sejumlah daerah.

Apalagi kehadiran koperasi bodong tersebut telah merugikan masyarakat dan menimbulkan masalah dalam dunia koperasi.

"Kami juga akhir-akhir ini gerah dengan adanya modus operandi mengatasnamakan koperasi," kata Sahala di Kantor Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM), Jakarta Selatan, Selasa (4/12/2018).

Sahala menyebutkan, salah satu Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang dicatut namanya ialah KSP Nasari. Oknum penipu tersebut mengaku bagian dari koperasi ini untuk mendapatkan uang dari calon anggota, sehingga masyarakat menjadi korban.

Baca juga: Marak Penipuan Atas Nama Koperasi, Ini Kata Satgas Waspada Investasi

"Sebetulnya, bukan hanya KSP Nasari yang dicatut namanya dalam penipuan koperasi tapi masih banyak lainnya," ungkapnya.

Sahala tidak menyebutkan dan merinci berapa kasus penipuan berkedok koperasi di Tanah Air, baik yang sudah dilaporkan maupun sudah diproses. Namun, setiap kasus ini terjadi pihak bertindak dengan cepat dan langsung melaporkannya kepasa pihak berwenang.

"Namun laporan kita tidak diproses atau tidak ditindaklanjuti, polisi beralasan karena tidak korban dan kerugian," tuturnya.

Dia menuturkan, terdapat sejumlah faktor munculnya koperasi-koperasi bodong di Indonesia. Salah satunya adalah tingginya harapan masyarakat untuk mendapat pinjaman uang dengan cepat dan mudah.

Baca juga: Surat dari Anak Muda untuk Menteri Koperasi...

"Harapan masyarakat kepada koperasi sejak zaman tradisional sempai era millenial, mendapat pinjaman uang dengan mudah, tanpa agunan, dana lebih cepat, dan berapa pun bunga pinjamannya dibandingkan dengan perbankan," imbuhnya.

Selain itu, lanjut Sahala, masyarakat juga berharap dapat memiliki simpanan atau investasi di koperasi yang bisa memberikan bunga lebih tinggi. Sehingga, masyarakat tidak akan berpikir lama jika ada oknum yang manawarkan keuntungan ini. Padah koperasi yang maskud bodong alias tak berizin.

"Harapan ini memicu sekelompok orang atau oknum yang berusaha memenuhi permintaan masyarakat dengan cara menawarkan kemudahan pinjaman dan produk dengan bunga tinggi tersebut dengan mencatut nama koperasi," ungkapnya.

Ia berharap, kasus-kasus penipuan ini bisa ditekan dan ditindak oleh pihak kepolisian, sembari Askopindo melakukan upaya preventif kepada masyarakat. Mengedukasi masyarakat tentang legalitas sebuat koperasi.

Baca juga: Waspadai Penipuan Pinjaman Online, Inilah Ciri-Cirinya

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai meraknya penipuan mengatasnamakan koperasi terjadi karena pengetahuan masyarakat sangat minim. Publik terlalu sangat mudah percaya.

"Pada dasarnya, masyarakat kita mudah tergiur. Ada semacam keinginan masyarakat ingin cepat kaya," kata Ketua Satgas Waspada Investasi OJK Tongam Lumban Tobing dalam kesempatan yang sama.

Tongam mengatakan, para oknum penipu yang mengatasnamakan koperasi sangat jeli dan pintar membujuk masyarakat. Mereka biasanya menjanjikan untung yang besar dan kemudahan lainnya.

"Tingkat pemahaman masyarakat terhadap koperasi belum jelas (sejauh mana)," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com