Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF Kembali Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,5 Persen

Kompas.com - 22/01/2019, 11:01 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) Senin, (21/1/2019) waktu setempat, kembali merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 3,5 persen untuk 2019 dan 3,6 persen untuk 2020.

Angka tersebut turun 0,2 dan 0,1 persen dibandingkan perkiraan terakhir pada Oktober lalu. IMF resmi dua kali merevisi angka pertumbuhan ekonomi global dalam tiga bulan terakhir.

Melansir dari CNBC, Selasa (22/1/2019), IMF mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir telah kehilangan momentumnya.

"Setelah dua tahun ekspansi yang solid, ekonomi dunia tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan dan risikonya meningkat. Namun, bahkan ketika ekonomi terus bergerak maju. Ini menghadapi risiko yang jauh lebih tinggi," ucap Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde di di Forum Ekonomi Dunia di Davos.

Baca juga: IMF Peringatkan AS soal Dampak Ekonomi "Shutdown" Berkepanjangan

Pada bulan Oktober lalu, IMF juga memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya menyusul kenaikan tarif perdagangan antara Cina dan AS. IMF juga menyoroti melemahnya sentimen di pasar keuangan global dan kontraksi di Turki yang sekarang diproyeksikan lebih dalam dari yang diperkirakan sebelumnya.

Menurut IMF, negara dengan ekonomi maju telah mengalami penurunan dalam hal pertumbuhan dan ini terjadi lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Negara-negara ini diperkirakan akan tumbuh 2 persen tahun ini dan 1,7 persen pada 2020.

Pada saat yang sama, ada juga perlambatan pertumbuhan di negara berkembang. IMF memproyeksikan tingkat pertumbuhan 4,5 persen pada 2019, dan membaik menjadi 4,9 persen pada 2020.

Bakal turun

IMF juga menyebut ada sejumlah faktor yang dapat membuat laju pertumbuhan lebih rendah di seluruh dunia.

"Selain meningkatnya ketegangan perdagangan, pemicu lainnya juga bisa menyebabkan penurunan lebih lanjut dalam sentimen risiko dengan implikasi pertumbuhan yang merugikan, terutama mengingat tingginya tingkat utang publik dan swasta," kata Lagarde.

Pemicu potensial ini termasuk Brexit "tidak ada kesepakatan" untuk AS dan perlambatan yang lebih dalam dari yang diperkirakan di China.

Lagarde juga mengatakan bahwa pembuat kebijakan harus mengurangi utang pemerintah, dan kebijakan moneter harus bergantung pada data. Kemudian, reformasi ekonomi harus bertujuan untuk mengangkat pertumbuhan, termasuk di pasar tenaga kerja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com