Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengkritisi Visi-Misi 01 dan 02 di Isu Pertambangan

Kompas.com - 12/02/2019, 08:36 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) mengkritisi visi-misi kedua pasangan capres-cawapres di sektor pertambangan dan lingkungan hidup.

Menurut Koordinator Jatam, Merah Johansyah, tak ada pandangan baru yang dibawa dalam visi misi mereka untuk mengatasi permasalahan di sektor tambang. Janji kedua kandidat pada visi-misi 2019-2024 tak ada bedanya dengan visi-misi pada 2014-2019, terutama terkait penegakan hukum penambangan liar

"Kedua kandidat hanya menyebut, memitigasi dan menindak pertambangan liar pada masing-masing visi-misi," ujar Johan di Jakarta, Senin (11/2/2019).

Merah mengatakan, masalah pertambangan tak sekadar persoalan tambang liar. Banyak hal yang jauh lebih penting untuk disentuh, yakni dampak eksploitasi tambang terhadap lingkungan mereka. Hutan tergerus, sungai tercemar limbah, dan penduduk di sekitar tambang bahkan kehilangan nyawa akibat zona tambang yang berbahaya.

Baca juga: Potensi Penerimaan dari Tambang Freeport Naik 10 Kali Lipat

Saat debat kandidat nanti pun Merah meyakini isu-isu lingkungan dampak eksploitasi tambang juga tidak akan disinggung keduanya. Isu-isu seperti dampak kontrak karya wilayah kerja terhadap penerimaan negara dan divestasi saham Freeport dianggap lebih manis untuk dibahas.

"Kalau tidak akan bicara perspektif masyarakat, tanpa bicara kriminalisasi, tanpa bicara lingkungan hidup, korban tambang, limbah di sungai, saya sudah tahu narasinya ke mana," kata Merah.

Merah mengatakan, beberapa poin di visi misi kedua capres-cawapres yang berkaitan dengan pertambangan patut dikritik keras.

Pertama, Jatam membedah visi misi Joko Widodo-Maruf Amin yang mengusung isu pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk mencapai target yang terukur pada tahun 2025. Termasuk memberikan akses kepada rakyat untuk mengembangkan dan mengelola sumber-sumber energi terbarukan.

Jokowi-Maruf juga akan meneruskan program-program peningkatan produksi dan pemanfaatan energi fosil secara efisien serta meningkatkan nilai tambah untuk kemajuan perekonomian nasional.

Merah menyadari, EBT memang harus didorong secara radikal. Namun, jika masih bergantung pada energi fosil seperti baru bara, maka upaya tersebut sia-sia. Justru akan memperluas penguasaan lahan baru.

Salah satu proyek yang diklaim sebagai bagian dari EBT seperti panas bumi (geothermal) juga akan diperluas. Pemerintah memberi izin dan menetapkan 70 wilayah kerja panas bumi baru dan 69 titik wilaya kerja panas bumi yang sudah existing, seperti di Gurung Talang Sumatera Barat dan panas bumi di Cagar Alam Kamojang, Jawa Barat.

Padahal kata Merah, yang dibutuhkan sesungguhnya adalah tata ulang produksi dan konsumsi energi nasional. Sebab, produksi yang ada saat ini bukan untuk memenuhi kebutuhan, namun lebih memenuhi permintaan pasar yang tidak mengenal batas.

"EBT kayak geothermal itu membunuh rakyat. 30.000 orang digusur di Sumatera Barat," kata Merah.

"Harusnya didorong EBT yang berbasis dengan konteks lokalnya. Apa kekayaan SDA di lokal masing-masing tempat," lanjut dia.

Jatam juga melirik visi-misi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang juga mendorong perluasan konversi BBM ke gas dan energi terbarukan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com