Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bulog Jelaskan Alasan Belum Maksimal Serap Gabah Petani

Kompas.com - 21/02/2018, 11:25 WIB
Achmad Fauzi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) tetap berkomitmen untuk selalu menyerap gabah petani.

Akan tetapi, dalam prosesnya Bulog mendapatkan beberapan tantangan sehingga penyerapannya gabah petani belum maksimal.

Bagaimana Bulog menjelaskan hal tersebut? 

Bulog menjelaskan bahwa tantangan utama yang harus mereka hadapi untuk menyerap gabah petani yakni harga pasar untuk gabah masih diatas harga pembelian pemerintah (HPP). 

"Dalam hal ini, tugas Bulog sebagai penyangga harga di tingkat produsen sudah berjalan sesuai tupoksi," kata Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Siti Kuwati dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Rabu (21/2/2018).

Baca juga : Bulog Tegaskan Tetap Serap Gabah Petani

Siti menuturkan, HPP yang saat ini berlaku berdasarkan Instruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2015, dan atas dasar itu Bulog wajib mematuhi instruksi tersebut. 

Artinya, Bulog berfungsi sebagai penyangga harga, yang apabila harga sudah diatas HPP maka tugas  Bulog disisi produsen sudah cukup karena produsen (petani) sudah terlindungi harganya. Intinya tugas Bulog bukan untuk menyerap pada saat harga sudah diatas HPP.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, rata-rata nasional sepanjang tahun 2017 harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani berkisar Rp 4.308-Rp4.995 per kilogram, dan gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan berkisar Rp 5.313-Rp 5.689 per kilogram. 

Sementara  beras medium ditingkat penggilingan sepanjang tahun 2017 yaitu berkisar di harga Rp 8.654- Rp 9.526 per kilogram.

Baca juga : Dari HPP Gabah, Petani Bisa Dapat Untung 25 Persen

 

Ketiganya selalu berada diatas HPP, yaitu GKP tingkat petani Rp 3.700 per kilogram , GKG tingkat penggilingan Rp4.600 per kilogram dan beras medium Rp 7.300 per kilogram.

Di bulan Januari 2018, Badan Pusat Statistik mencatat harga rata-rata nasional GKP tingkat petani Rp 5.415 per kilogram, GKG tingkat penggilingan Rp 6.099 per kilogram dan beras medium di tingkat penggilingan Rp 10.177 per kilogram.

"Dengan rata-rata harga pasar yang saat ini berada diatas HPP, sebenarnya inilah momen untuk para petani menikmati harga yang baik. Sehingga Bulog tidak wajib menyerap gabah dan beras mereka, dan bukan berarti Bulog tidak mau menyerap gabah dan beras dalam negeri," tegas dia.

Baca juga : Januari 2018, Harga Gabah Kering dan Beras Naik

Skema Komersial

Meski harga gabah di atas HPP, tambah Siti, Bulog tetap melakukan penyerapan dengan skema komersial untuk memenuhi kebutuhan penjualan beras komersial.

Selama tahun 2017, penyerapan gabah Bulog sebanyak 2,16 juta ton setara beras. Untuk tahun 2018, hingga 21 Februari ini, Bulog telah melakukan penyerapan sebanyak 17.694 ton setara beras.

"Kami memiliki 1.400 lebih unit gudang yang tersebar di 26 Divisi Regional dan terletak di seluruh Indonesia dengan kapasitas simpan kurang lebih 4 juta ton, sehingga kami dapat menyerap sebanyak mungkin gabah atau beras sepanjang" kualitas dan harga sesuai dengan ketentuan yang berlaku”, tambahnya. 

Kompas TV Harga beras yang sempat melambung tak membuat petani bertambah penghasilannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com