Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Harga Batubara Meningkat, Gas Bumi Jadi Alternatif

Kompas.com - 12/03/2018, 15:41 WIB
Kurniasih Budi

Penulis

KOMPAS.com - PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (Persero) siap memenuhi peningkatan kebutuhan pasokan gas untuk pembangkit listrik di tengah melonjaknya harga batubara.

Beberapa bulan terakhir, harga batubara terus meningkat seiring tingginya permintaan dari negara-negara Asia seperti China, India, dan Vietnam.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan kenaikan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk Maret 2018.

Melalui Keputusan Menteri ESDM No. 1320 K/32/MEM/2018 yang ditetapkan awal Maret 2018, besaran HBA untuk Maret 2018 ditetapkan sebesar 101,86 dollar Amerika per ton atau mengalami kenaikan 1,16 persen, dibandingkan HBA Februari yang dipatok 100,69 dollar Amerika per ton.

(Baca: Harga Batubara Mahal, Dirut PLN Mengadu ke Jokowi)

Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengatakan, kenaikan harga batubara ini akan membuka peluang perusahaan pembangkitan listrik untuk beralih menggunakan bahan bakar gas bumi.

Saat ini, PGN terus meningkatkan kerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk memenuhi kebutuhan pasokan gas. Kebutuhan energi tersebut untuk pembangkit listrik yang dioperasikan anak usaha PLN seperti Indonesia Power (IP) atau PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB).

“Seperti kita tahu, harga batubara di pasar terus meningkat tajam dalam beberapa waktu terakhir. Tentunya gas bumi sebagai pilihan bahan bakar pembangkit listrik akan menjadi solusi yang menarik. Karenanya, kami terus mendorong PLN dan anak usahanya untuk beralih menggunakan bahan bakar gas bumi yang lebih murah dan lebih bersih untuk lingkungan,” kata Rachmat, Senin (12/3/2018).

Lokasi pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG) Teluk Sasah kapasitas 9 megawatt (MW). Penambahan ini diharapkan mampu membangkitkan dan memajukan Pulau Bintan.KOMPAS.com/HADI MAULANA Lokasi pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG) Teluk Sasah kapasitas 9 megawatt (MW). Penambahan ini diharapkan mampu membangkitkan dan memajukan Pulau Bintan.

PGN telah memasok gas untuk kebutuhan bahan bakar pembangkitan listrik di beberapa pembangkit, seperti Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan (UPJP) Tanjung Priok milik Indonesia Power dan Unit Pembangkitan Muara Karang milik PJB.

Penyaluran gas PGN di UPJP Tanjung Priok dimulai sejak awal 2010 dan selanjutnya telah diperpanjang dalam beberapa periode kontrak. Untuk saat ini, PGN dan PLN telah menandatangani kontrak perpanjangan jual beli gas untuk IP UPJP Priok yang merupakan perpanjangan ke-7 dari perjanjian yang berlaku mulai 1 Februari 2018 sampai dengan durasi satu tahun ke depan.

PGN sendiri sudah menandatangani kontrak untuk penyaluran gas 30-36 BBTUD dan interruptible sebesar 64 BBTUD. Dengan demikian, total penyaluran gas dari PGN dapat mencapai 100 BBTUD atau setara daya pembangkitan 500 MW.

“PGN berkomitmen untuk tetap menjaga keberlangsungan penyaluran gas setelah berakhirnya kontrak nantinya,” ujarnya.

(Baca juga: YLKI: Wacara Harga Batubara Acuan Harus Buat Tarif Listrik Lebih Murah)

Pada bulan Juni 2017, PGN telah menyelesaikan upgrading infrastruktur penyaluran gas di IP UPJP Priok dalam hal penaikan tekanan gas sesuai dengan kebutuhan Gas Turbin dan kapasitas infrastruktur gas, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam hal efisiensi penyediaan harga pokok produksi pembangkitan IP UPJP Priok.

Kapasitas pembangkit IP UPJP Priok terpasang sebesar ± 1.300 MW (Blok 1, 2 dan 3) dan rencana Blok 4 sebesar 740 MW yang diperkirakan akan beroperasi pada semester II-2018. Dengan begitu, total kapasitas terpasang di IP UPJP Priok sebesar 2.100 MW.

Pasokan Gas untuk IP UPJP Priok saat ini didapatkan dari penyaluran gas Nusantara Regas dengan rata-rata volume 60-80 BBTUD dan PGN dengan rata-rata volume 60-90 BBTUD.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com