Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Harga Pangan Selalu Naik Jelang Hari Raya...

Kompas.com - 28/04/2018, 13:59 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku usaha mengatakan, ada berbagai faktor yang mendorong peningkatan harga pangan dan bahan pokok menjelang hari raya keagamaan, seperti Lebaran yang didahului dengan bulan puasa.

Namun, faktor yang sulit dikendalikan adalah psikologi pasar, terutama yang dilakukan oleh para pedagang.

"Secara psikologi, kalau mau bulan puasa dan Lebaran, pedagang di bawah pasti menaikkan harga. Mereka sudah berpikir secara insting, pasti supply kalah dari demand," kata perwakilan pelaku usaha pangan Nur Iswan dalam diskusi Ketahanan Pangan Jelang Ramadhan di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (28/4/2018).

Iswan menjelaskan, selama ini pemerintah sudah mengupayakan untuk menjaga harga pangan di pasaran agar tidak memberatkan masyarakat.

Namun, dia menilai kontrol pemerintah melalui kementerian atau lembaga terkait terbatas hanya pada pengusaha-pengusaha besar.

(Baca juga: Keamanan Pangan Jadi Perhatian, Pahami Empat Hal Ini)

Dari temuannya di lapangan, ada banyak pelaku usaha kecil yang dadakan mengganti barang dagangannya dengan produk yang banyak dicari jelang bulan puasa.

Mereka, yang disebut sebagai gerilyawan ini, dianggap Iswan belum dapat dijangkau oleh pemerintah dan harga yang ditawarkan ke konsumennya juga tidak bisa ditekan.

"Misalkan ada ibu rumah tangga belanja daging di pasar dekat rumah, harganya Rp 130.000 per kilogram. Kalau mau beli yang murah harus jalan agak jauh, jadi ya sudah beli di sana saja," tutur Iswan.

CEO PT Estika Tata Tiara (KIBIF), Yustinus Sadmoko menjelaskan pihaknya sudah diberi arahan oleh Kementerian Perdagangan untuk menjual produk daging sapi dengan harga Rp 80.000 per kilogram.

PT Estika Tata Tiara merupakan perusahaan yang bergerak dalam bisnis pengolahan dan penjualan daging.

"Kemarin kami dipanggil Mendag untuk laporkan kesiapan impor daging sapi beku. Jumlahnya enggak sampai 5.000 ton yang diimpor, biasanya bisa sampai 30.000 ton," ujar Yustinus.

Minimnya jumlah daging sapi yang diimpor adalah karena pemerintah melalui Perum Bulog sudah menyiapkan daging kerbau dalam jumlah besar.

Harga jual daging kerbau yang lebih murah dibanding daging sapi diyakini akan menekan harga daging di pasaran, sehingga stabilitas harga jelang bulan puasa bisa terjaga.

Yustinus pun menyampaikan akan ada shifting atau pergeseran konsumsi daging masyarakat dari daging sapi ke daging kerbau. Namun, bila masyarakat tetap memilih daging sapi, kemungkinan jumlahnya tidak akan tersedia banyak dan kualitasnya belum tentu sebaik yang biasanya.

"Ini karena harga daging sapi dari sananya sudah mahal, di atas Rp 100.000 per kilogram, sementara di sini harus jual Rp 80.000 per kilogram," ucap Yustinus.

Kompas TV PT. Pandawa Rezeki Semesta berdiri sejak tahun 2014 dan bergerak di bidang pangan yang diimpor dari Amerika Serikat dan Australia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

Whats New
Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

BrandzView
KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

Whats New
Namanya 'Diposting' Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Namanya "Diposting" Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Whats New
Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Whats New
Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Whats New
Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Whats New
Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Whats New
Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
BKKBN Sosialisasi Cegah 'Stunting' melalui Tradisi dan Kearifan Lokal 'Mitoni'

BKKBN Sosialisasi Cegah "Stunting" melalui Tradisi dan Kearifan Lokal "Mitoni"

Whats New
Cara Membuat CV agar Dilirik HRD

Cara Membuat CV agar Dilirik HRD

Work Smart
Tumbuh 22,1 Persen, Realisasi Investasi RI Kuartal I 2024 Capai Rp 401,5 Triliun

Tumbuh 22,1 Persen, Realisasi Investasi RI Kuartal I 2024 Capai Rp 401,5 Triliun

Whats New
Cara Menjawab 'Apakah Ada Pertanyaan?' Saat Wawancara Kerja

Cara Menjawab "Apakah Ada Pertanyaan?" Saat Wawancara Kerja

Work Smart
Mandiri Capital Indonesia Siap Jajaki Pasar Regional dan Global

Mandiri Capital Indonesia Siap Jajaki Pasar Regional dan Global

Whats New
Menteri KP 'Buka-bukaan' soal Aturan Penangkapan Ikan Terukur, Akui Banyak Diprotes

Menteri KP "Buka-bukaan" soal Aturan Penangkapan Ikan Terukur, Akui Banyak Diprotes

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com