Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pabrik Baru Sido Muncul Mampu Produksi 200 Juta Saset Per Bulan

Kompas.com - 07/05/2018, 05:09 WIB
Andi Hartik,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk membangun pabrik baru cairan obat dalam (COD) di kawasan pabrik Sido Muncul di Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.

Rencananya, pabrik yang mampu memproduksi hingga 200 juta saset per bulan itu akan memulai produksinya pada 30 Mei 2918 ini.

Hal itu disampaikan oleh Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat dalam Seminar Herbal di Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Kota Malang, Sabtu (5/5/2018).

"Pabrik baru sudah mencapai 100 persen. Tanggal 23 April kemarin kami lakukan trial yang pertama. Kedua sekarang ini dalam masa validasi. Kalau validasinya selesai nanti BPOM memberi approve. Nanti kami produksi mungkin 30 Mei," katanya.

Baca juga: Beli Resep Jamu, Sido Muncul Kucurkan Rp 33,95 Miliar

Pabrik itu merupakan perluasan dari pabrik sebelumnya yang dibangun pada 2007 lalu. Pabrik itu akan memproduksi jamu cair Sido Muncul. Seperti Tolak Angin Cair, Tolak Linu, dan Madu Kembang Sido Muncul.

"Itu adalah pabrik cairan obat dalam. Jadi nanti memproduksinya Tolak Angin, Tolak Linu, nanti akan memproduksi produk - produk jamu dalam bentuk cair," katanya.

Pembangunan pabrik baru itu sendiri untuk menunjang permintaan pasar. Apalagi, Sido Muncul merupakan perusahaan herbal yang sudah mengekspor produknya ke sejumlah negara-negara lain. 

"Iya sekarang kita pasarnya ekspor. Kita masuk secara resmi ke Filipina, Nigeria, Australia, Myanmar, Thailand. Kita nanti akan berusaha untuk memasarkan obat - obat herbal di Indonesia di negeri - negeri lain," sebut dia.

Produk ekspor itu mampu meningkatkan pendapatan Sido Muncul sebesar tiga sampai empat persen."Kalau sekarang tiga sampai empat persen," katanya.

Awalnya, ekspor tersebut untuk warga Indonesia yang ada di luar negeri. Kemudian berkembang ke penduduk lokal sehingga mampu meningkatkan produksi ekspornya.

"Semuanya, pertamanya orang Indonesia dulu. Tapi lama - lama kan orang Indonesianya kan punya teman orang Amerika, orang Australia. Itu secara prosesnya kan selalu begitu. Dan semua produk yang laku di negerinya sendiri baru bisa diekspor," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com