Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bila Tarif Ojek Online Naik, Konsumen Kembali ke Kendaraan Pribadi?

Kompas.com - 11/02/2019, 17:55 WIB
Murti Ali Lingga,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Rencana kenaikan tarif ojek online (ojol) kini tengah mencuat ke publik dan diperkirakan berdampak negatif bagi konsumen dan mitra pengemudinya.

Research Institute of Socio-economic Development (Rised) menyatakan, apabila tarif ojek online naik, tidak tertutup kemungkinan konsumen akan kembali menggunakan kendaraan pribadi. Padahal, saat ini ojek online banyak digunakan konsumen untuk menunjang mobilitas tanpa mengendarai kendaraan pribadi.

"Bayangkan kalau kemudian kita menaikkan tarif ojol, jadi yang tadinya sudah nayaman menggunakan ojol bisa kembali lagi menggunakan kendaraan pribadi," kata Ketua Tim Peneliti Rised Rumayya Batubara di Jakarta, Senin (11/2/2019).

Baca juga: Survei: 74 Persen Konsumen Tak Senang Tarif Ojek Online Naik

Rumayya menyebutkan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Rised pada Januari lalu, terungkap secara umum ojek online dimanfaatkan konsumen untuk menunjang aktivitasnya, seperti pergi ke kantor hingga ke stasiun transportasi publik.

"71 persen memanfatkan ojol untuk (pergi) sekolah dan kantor. 40 persen menggunakan ojol untuk pergi ke stasiun atau terminal. Artinya, ini menjadi supporting system transportasi publik yang sudah ada," ujarnya.

Dia menjelaskan, kenaikan tarif ojek online membuat masyarakat atau konsumen berpikir ulang untuk menggunakannya. Mereka akan mengalkulasi pengeluaran ketika hendak pergi ke suatu tempat.

Ujungnya, mereka kembali menggunakan kendaraan pribadi.

"Kenaikan tarif berpotensi memperparah kemacetan. Ada potensi kemacetan kalau kita memaksakan kenaikan tarif karena ini akan (mengurangi) penggunaan transportasi publik. Konsumen kembali menggunakan kendaraan pribadi," kata Rumayya.

Baca juga: Kemenhub Klaim Aturan Ojek Online Tak Ditentang Para Driver

Menurut dia, wacana kenaikan tarif ojek online akan memberikan dampak negatif kepada pengemudi meski tujuan utamanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Kenaikan tarif ini membuat konsumen enggan menggunakan ojek online lagi sehingga pendapatan mereka seiring waktu berkurang.

"Ternyata konsumen sangat sensitif terhadap harga. Alih-alih mendapatkan keuntungan dari kenaikan tarif, justru malah ada pengurungan pendapatan," katanya.

Rised melakukan survei terhadap 2.001 responden yang tersebar di 10 provinsi dan berlangsung selama dua minggu pada Januari 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com