Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kegetiran Petani Garam, Cerita Usang tak Berujung...

Kompas.com - 03/08/2017, 06:05 WIB
Masriadi

Penulis

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com - Embus masih menempel di sejumlah rumput pinggiran kawasan pertanian garam Desa Lancok, Kecamatan Syamtalira Bayu, Kabupaten Aceh Utara, Rabu (2/8/2017).

Dua petani garam desa itu sibuk membungkus garam yang sudah jadi ke dalam plastik. Bungkusan itu seberat satu kilogram dipatok dengan harga Rp 7.000. Harga itu terbilang baik, dibanding sebelumnya hanya Rp 3.000.

Namun, ketersediaan simpanan air garam yang dimiliki mulai menipis. Muhammad, seorang petani garam menyebutkan kendala mereka adalah ketersediaan air laut.

Jika hujan, maka proses pengerjaan air garam ke tempat penampungan hingga mengeras menjadi garam tak bisa dilakukan dalam hitungan hari.

“Kalau hujan terus susah. Ini kan repot sekali membuat garam ini. Perlu cuaca yang bagus. Setelah direndam, lalu dimasak. Itu semua tidak bisa kita lakukan kalau hujan,” kata Muhammad.

Ketika harga membaik, malah mereka tak memiliki stok yang cukup. Garam asal kabupaten itu dikirim ke seluruh kabupaten atau kota di Aceh. Umumnya belum memiliki merk dagang.

“Kami bungkus per kertas plastik gini saja untuk jual eceran. Kalau jual lainnya ada yang per kilo, ada yang per kaleng,” katanya.

Keluhan yang sama juga dialami petani garam di Kecamatan Lapang, Aceh Utara, Jauhari. Dia menyebutkan sudah setahun terakhir tidak memproduksi garam.

Kendala cuaca, bahan baku hingga bibit kerap dialami. Belum lagi kendala kayu untuk dapur memasak garam yang telah diendapkan.

“Masalahnya banyak. Belum lagi kalau hujan deras, angin kencang, pondok-pondok saya beterbangan,” katanya.

Petani lainnya, Hamdani AW, menyebutkan hal yang sama. Dia menyebut, berharap dari bibit garam dari India tentu bukan pilihan tepat untuk memproduksi garam saat ini.

“Harga bibit untuk diekstrak menjadi garam itu terlalu mahal yaitu 300.000 rupiah per 50 kilogram. Dulunya hanya 100.000 rupiah,” katanya.

Dia juga meminta Pemerintah Kabupaten Aceh Utara fokus untuk pengembangan garam tradisional. Misalnya, membuat pondok yang kokoh untuk petani garam. Peralatan yang canggih dan seterusnya.

“Ini tidak, diberi memang bantuan, misalnya direhab tetap dengan pondok kayu plus atap rumbia. Itu pun atap rumbianya tipis. Jadi tetap tak tahan lama. Begitu angin kencang, roboh lagi,” ungkap Hamdani.

Dia menyebutkan cerita keringat petani garam tak asin lagi itu sudah menahun diceritakan dari waktu ke waktu di berbagai daerah tanah air.

Halaman:
Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BRI Beri Apresiasi untuk AgenBRILink Terbaik

BRI Beri Apresiasi untuk AgenBRILink Terbaik

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja hingga 7 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja hingga 7 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Bos Garuda Beberkan Kronologi Pesawat Terbakar di Makassar

Bos Garuda Beberkan Kronologi Pesawat Terbakar di Makassar

Whats New
Jokowi Turun Tangan Atasi Masalah Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani: Kami Sangat Bersyukur...

Jokowi Turun Tangan Atasi Masalah Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani: Kami Sangat Bersyukur...

Whats New
PT Inerman Gandeng Shanghai Electric Bangun PLTS Terapung di Cilamaya, Siapkan Investasi Rp 20,89 Triliun

PT Inerman Gandeng Shanghai Electric Bangun PLTS Terapung di Cilamaya, Siapkan Investasi Rp 20,89 Triliun

Whats New
Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

Whats New
Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

Whats New
Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

Whats New
PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

Whats New
KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

Whats New
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Whats New
Pengembangan Hub 'Carbon Capture and Storage', Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Pengembangan Hub "Carbon Capture and Storage", Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Whats New
SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

Whats New
Bakal 'Buyback' Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Bakal "Buyback" Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com